Halaman
69
Setelah mempelajari bab ini, Anda harus mampu:
Hasil yang harus Anda capai:
Reproduksi Sel
dan Pewarisan Sifat
Pada bab sebelumnya, Anda telah memahami apa yang dimaksud
dengan gen, DNA, serta kromosom. Anda juga telah mengetahui
bagaimana gen diekspresikan sebagai protein dalam proses sintesis protein.
Untuk memengaruhi suatu sifat, polipeptida hasil sintesis protein tersebut
harus melalui proses yang kompleks.
Setelah mengetahui cara gen diekspresikan, pernahkan Anda
mencoba mengetahui bagaimana gen-gen tersebut dapat diwariskan
kepada keturunannya? Mengapa seorang anak akan memiliki mata atau
hidung mirip ayah atau ibunya? Bahkan, pernahkan Anda memikirkan
dari manakah sel berasal?
Semua pertanyaan tersebut dapat Anda temukan jawabannya pada
bab ini. Anda kan mempelajari siklus sel beserta pembelahan mitosis dan
meioisis. Selain itu, Anda akan mengetahui mekanisme perwarisan sifat
beserta hubungannya dengan mitosis dan meiosis.
A. Reproduksi Sel
B. Pembelahan
Meiosis
C. Gametogenesis
D. Pola Pewarisan Sifat
E. Pewarisan Sifat
pada Manusia
•
menjelaskan keterkaitan antara proses pembelahan mitosis dan meiosis dengan
pewarisan sifat;
•
menerapkan prinsip hereditas dalam mekanisme pewarisan sifat.
memahami penerapan konsep dasar dan prinsip-prinsip hereditas serta implikasinya pada
salingtemas.
Sumber:
www.biodidac.bio.uottawa.ca
Paramaecium
yang sedang melakukan pembelahan.
Bab
4
Mudah dan Aktif Belajar Biologi untuk Kelas XII
70
A. Reproduksi Sel
Semua makhluk hidup, baik itu makhluk hidup uniselular maupun
multiselular, tersusun atas sel. Unit fungsional terkecil ini dapat
melakukan berbagai aktivitasnya sebagai makhluk hidup. Salah satunya
adalah tumbuh dan melakukan reproduksi.
Tumbuh adalah proses bertambahnya ukuran. Pada tingkat sel, terjadi
penambahan ukuran sel. Seiring penambahan ukuran, kebutuhan sel pun
akan meningkat. Sel semakin banyak membutuhkan nutrisi dan bahan
lain dari lingkungannya serta menghasilkan banyak zat buangan. Agar
lebih efisien, sel harus membelah diri, menghasilkan dua sel baru. Secara
umum, dua sel baru tersebut mirip dengan sel sebelumnya.
Pada makhluk hidup uniselular, pembelahan sel merupakan cara
reproduksi. Menghasilkan dua individu baru dari satu individu. Pada
multiselular, pembelahan sel memungkinkan satu sel, sel zigot, terus
membelah dan berkembang hingga menjadi satu individu. Meskipun
makhluk hidup multiselular telah dewasa, pembelahan sel tetap terjadi
untuk memperbarui sel-sel mati atau rusak. Misalnya, sel-sel sumsum
tulang belakang terus membelah untuk menghasilkan sel darah merah
baru.
Pola pembelahan sel sebenarnya sederhana. Sel yang telah melalui
fase penambahan ukuran, selanjutnya membelah diri menjadi dua. Pada
proses tersebut tedapat dua hal penting yang terjadi.
1.
Proses duplikasi, yang menyebabkan setiap sel yang dihasilkan
memiliki struktur sel yang sama, termasuk gen-gen yang dikodekan
menjadi DNA.
2.
Proses pemisahan sel yang dilakukan secara hati-hati dan tepat
sehingga setiap sel hasil pembelahan memiliki struktur yang lengkap.
Bentuk informasi paling penting bagi sel adalah DNA. Pada
pembelahan sel, DNA diturunkan kepada keturunannya. DNA membawa
informasi bagi sintesis protein. Bahkan, hampir semua informasi
pembentukan molekul penting dikodekan menjadi DNA. Oleh karena
itu, saat kritis pembelahan sel adalah ketika duplikasi molekul DNA.
Tentunya, terdapat suatu mekanisme yang menyalurkan molekul DNA
antara dua sel hasil pembelahan.
1.
Pembelahan Sel pada Prokariot
Sel prokariot, sel tanpa membran inti, mampu membelah diri secara
sederhana. Setelah sel tumbuh dan mampu melakukan pembelahan, serta
telah menduplikasi molekul DNA-nya, terjadi pelekukan pada membran
sel. Molekul DNA prokariot menempel pada beberapa titik membran sel.
Dengan demikian, molekul DNA tersebut dapat terpisah dengan arah
1.
Dari manakah sel berasal?
2.
Apakah semua makhluk hidup selalu mirip kedua orangtuanya? Mengapa?
3.
Adakah bagian tubuh Anda yang mirip orangtua Anda? Mengapa demikian?
Tes Kompetensi Awal
Kata Kunci
•
Duplikasi
•
Reproduksi sel
•
Tumbuh
Bakteri dan khamir (jamur satu sel)
melakukan reproduksi melalui
pembelahan biner dan molekul
DNA menggandakan diri hanya
melalui duplikasi. Adakah pengaruh
proses ini terhadap variasi pada
organisme uniselular?
Logika
Biologi
Sekilas
Biologi
Tidak semua makhluk hidup
multiselular berkembang biak
dengan menghasilkan gamet.
Hydra
adalah hewan air tawar kecil dengan
tubuh seperti tabung dengan
tentakel yang menyengat. Selain
bereproduksi secara seksual,
Hydra
dapat bereproduksi secara aseksual
melelui pembentukan tunas. Tunas
yang dihasilkan merupakan hasil dari
pembelahan mitosis yang terjadi
terus menerus hingga menghasilkan
individu baru.
Sumber:
Jendela IPTEK: Kehidupan
, 1997
Reproduksi Sel dan Pewarisan Sifat
71
Sel induk
DNA
Dua sel anak
Gambar 4.1
(a) Sel bakteri yang sedang
membelah dan (b) proses
pembelahan sel pada sel prokariot.
Sumber:
Biology: Discovering Life
, 1991
(b)
Proses sel yang terbagi dua secara sederhana ini disebut juga
pembelahan biner
. Sel prokariot, seperti sel bakteri, dapat melakukan
pembelahan biner setiap 20 menit. Hal tersebut memberikan bakteri
kemampuan memperbanyak diri yang menakjubkan.
2.
Pembelahan Sel pada Eukariot
Proses pembelahan sel pada eukariot dikenal dengan mitosis.
Pembelahan sel pada eukariot lebih kompleks dibandingkan pembelahan
sel pada prokariot. Pada sel eukariot molekul DNA terkumpul dalam
struktur yang disebut kromosom. Masih ingatkah Anda dengan kromosom?
Kromosom dapat ditemukan di dalam nukleus (inti sel). Kromosom
kali pertama ditemukan pada sel eukariot karena penampakannya yang
jelas pada saat mitosis. Kromosom tersusun atas rangkaian protein dan
DNA yang terpilin dan membentuk badan kromosom. Namun, rangkaian
tersebut lebih sering tercerai berai di dalam nukleus selama siklus hidup
sel. Rangkaian protein dan DNA ini disebut juga
benang kromatin
. Ketika
memasuki mitosis benang kromatin tersebut terkondensasi dan
mengumpul membentuk struktur kromosom.
Siklus hidup sel eukariot dapat dibagi menjadi dua fase, yakni
mitosis
dan
interfase
. Mitosis adalah fase pembelahan sel, sedangkan interfase
adalah fase persiapan sebelum memasuki mitosis. Oleh karena banyak
sel yang mampu melakukan pembelahan sel dari satu mitosis ke mitosis
lain secara cepat, proses tersebut dapat diilustrasikan sebagai suatu siklus.
Proses pembelahan sel pada eukariot dapat disebut juga
siklus sel
.
Kata Kunci
•
Interfase
•
Mitosis
•
Pembelahan biner
•
Siklus sel
yang berlawanan ketika pelekukan membran sel semakin dalam. Ketika
molekul DNA terpisah, membran sel dan dinding sel semakin melekuk
ke dalam hingga mulai terlihat pemisahan dua sel baru.
(a)
Mudah dan Aktif Belajar Biologi untuk Kelas XII
72
Mitosis
Fase G
2
(gap)
Interfase
Fase S
(Sintesis DNA)
Fase G
1
(gap)
a.
Interfase
Istilah interfase atau fase antara terkadang salah dimaknai. Karena
memberikan pengertian seolah-olah pada fase ini tidak terjadi apa-apa.
Padahal pada fase ini sel sedang mempersiapkan semua kebutuhan untuk
melakukan pembelahan mitosis. Pada fase ini sel terus tumbuh, bertambah
ukuran, membentuk struktur dan molekul baru.
Secara umum, interfase dapat dibedakan lagi menjadi beberapa tahap,
yaitu tahap
G
1
,
S
, dan
G
2
(Gambar 4.2)
. Tahap G
1
(gap 1) merupakan
tahap pembentukan macam-macam protein dan transkripsi RNA. Hal
tersebut menyebabkan pertumbuhan sel terus membesar.
Proses selanjutnya adalah tahap S (sintesis). Pada tahap S terjadi
sintesis DNA, berupa replikasi DNA dan sintesis protein histon. Jumlah
DNA dalam inti sel bertambah dua kali lipat dan protein histon serta
protein kromosom lain yang disintesis di sitoplasma bergabung dengan
DNA setelah melewati membran inti sel. Gabungan DNA serta protein
tersebut membentuk kromatin.
Pada akhir tahap S, sel memasuki tahap G
2
(gap 2). Pada tahap ini
terjadi metabolisme normal dan pertambahan pertumbuhan akibat
pembentukan protein yang terus terjadi. Ketika sel memasuki tahap M
(mitosis), benang-benang kromatin terkondensasi, dan berkumpul
membentuk kromosom.
Gambar 4.2
Siklus sel eukariot
b.
Mitosis
Fase mitosis merupakan fase paling pendek dari siklus sel. Pada proses
ini terjadi pembagian informasi genetis kepada setiap sel hasil pembelahan.
Informasi genetis yang dibagikan terlebih dahulu telah melalui proses
replikasi pada interfase sehingga DNA sel hasil pembelahan mirip dengan
DNA induk.
Para ahli biologi telah membagi proses mitosis menjadi beberapa tahap
berdasarkan ciri utama yang dapat diamati, sebagai berikut.
1) Profase, persiapan untuk pembelahan sel. Kromosom terkondensasi
dan membran inti sel melebur.
2) Metafase, kromosom berada di bidang ekuator.
3) Anafase, kromosom terbagi dan bergerak ke arah kutub yang
berlawanan.
Sumber:
Biology: Discovering Life
, 1991
Kata Kunci
•
Anafase
•
Metafase
•
Profase
•
Telofase
Reproduksi Sel dan Pewarisan Sifat
73
4) Telofase, akhir dari mitosis. Membran inti terbentuk dan kedua sel
terpisah.
Pada akhir mitosis dan meiosis, biasanya diikuti oleh pembagian
sitoplasma. Proses ini disebut juga
sitokinesis
. Sitokinesis membagi
sitoplasma dan membentuk membran atau dinding sel baru bagi setiap
sel hingga kedua sel terpisah. Berikut ini penjelasan terperinci dari tahap-
tahap tersebut.
1) Profase
Seperti yang telah Anda pelajari, pada interfse, terjadi replikasi DNA.
Memasuki profase, benang-benang kromatin tersebut terkondensasi
membentuk kromosom. DNA asal dan DNA hasil replikasi membentuk
kromosom dan merekat pada sentromer. Kromosom tersebut tersusun atas
dua
kromatid
. Perhatikan
Gambar 4.3
.
Gambar 4.3
Profase, kromosom mulai terlihat
sebagai pasangan kromatid.
Sumber:
Essentials of Biology
, 1990;
Biology: Discovering Life
, 1991
Kromosom dengan dua kromatid ini disebut juga
kromosom
dupleks
. Melalui mitosis ini, setiap pasangan kromatid dari kromosom
nantinya akan terbagi ke sel anak. Dengan demikian, setiap kromatid
tersebut merupakan kromosom bagi setiap sel. Bentuk kromosom tanpa
pasangan kromatidnya disebut
kromosom simpleks
.
Jika sel baru tersebut akan melakukan pembelahan sel, setiap
kromosom akan menggandakan diri melalui proses duplikasi menjadi
kromosom dupleks. Sebenarnya, proses duplikasi merupakan hasil replikasi
DNA yang terjadi pada tahap S interfase.
Tahap profase ditandai juga oleh penggandaan jumlah sentriol.
Sentriol berada di luar membran inti. Setelah terbentuk kromatid, sentriol-
sentriol bergerak ke kutub yang berlawanan.
Dari sekitar sentriol tersebut muncul benang-benang halus yang
disebut benang spindel (
mitotic spindle
). Benang-benang spindel ini
menyelimuti inti sel dan akan memegang kromosom tepat pada struktur
protein komplek yang disebut
kinetokor
. Benang-benang spindel ini
terbuat dari mikrotubulus.
Kata Kunci
•
Kromosom dupleks
•
Kromosom simpleks
Interfase
Profase
Membran inti
Kromatid
Sitoplasma
DNA yang telah
bereplikasi
Sentriol
Anak inti
Sentriol
berpisah
Anak inti
hilang
Kromosom
terkondensasi
Membran inti
melebur
Benang
spindel
Kromatid
Daerah
sentromer
Kromatid
Mudah dan Aktif Belajar Biologi untuk Kelas XII
74
2) Metafase
Ketika sentromer setiap kromosom sejajar bidang ekuator, menandakan
mitosis memasuki tahap metafase. Pada metafase, semua kromosom sel
bergerak ke arah bidang ekuator atau bidang pembelahan. Pergerakan ini
dibantu oleh benang spindel. Kromosom dengan dua kromatid identik dapat
diamati secar jelas pada tahap ini. Perhatikan
Gambar 4.4
.
Gambar 4.5
Tahap anafase
Sumber:
Essentials of Biology
, 1990
4) Telofase
Telofase dimulai saat benang-benang spindel menghilang dan
membran inti mulai terbentuk di sekeliling daerah kromosom. Membran
inti akhirnya membungkus kromosom-kromosom tersebut.
Lilitan kromosom mulai terurai menjadi kromatin. Pada saat ini jika
sel diamati menggunakan mikroskop, kromosom terlihat menghilang dan
inti sel menjadi jernih. Setelah tahap telofase, biasanya diikuti oleh tahap
sitokinesis, pemisahan sitoplasma. Pada beberapa sel, sitokinesis terjadi
sebelum telofase berakhir.
Perhatikan 4.6
.
Sumber:
Essentials of Biology
, 1990
Gambar 4.4
Tahap metafase
3) Anafase
Anafase dimulai ketika sentromer yang menggabungkan kedua
kromatid terpisah. Kromatid tunggal ini sekarang disebut kromosom
simpleks, bergerak menuju kutub-kutub pada arah yang berlawanan.
Anafase berakhir ketika setiap sel kromosom sampai pada kutub-kutubnya.
Sumber:
Essentials of Biology
, 1990
Gambar 4.6
Tahap-tahap mitosis.
Kutub
Kutub
Benang
spindel
Kromosom
sejajar bidang
pembelahan
Pasangan
kromatid
berpisah
Bergerak
ke kutub
Telofase
Sitokinesis
Telofase
Sitokinesis
Membran inti
terbentuk
Benang
spindel
menghilang
Kromosom
terurai
Anak inti
terbentuk
Benang
kromatin
Sitoplasma
berpisah
Reproduksi Sel dan Pewarisan Sifat
75
c.
Sitokinesis
Sitokinesis umumnya tejadi setelah sel sedang membelah sudah
memiliki dua inti sel pada kutub yang berbeda. Sitokinesis dilakukan
untuk memisahkan sitoplasma dan membran sel agar terbentuk dua sel
anak utuh.
Terdapat beberapa perbedaan mekanisme sitokinesis antara sel hewan
dan sel tumbuhan. Pada sel hewan dengan membran sel yang lentur,
sitokinesis terjadi karena adanya pelekukan yang membagi sel menjadi
dua. Pelekukan tersebut terjadi di bidang pembelahan dan disebabkan
oleh
kontraksi cincin filamen
.
Pada sel tumbuhan yang memiliki dinding sel kaku, tidak terjadi
pelekukan membran sel. Oleh karena itu, setelah materi sel terbagi dua,
pada bidang pembelahan terbentuk
lempeng sel
. Lempeng sel ini
merupakan vesikula-vesikula dari badan Golgi yang bersatu dan
memanjang pada bidang pembelahan. Dinding sel baru terbentuk pada
lempeng sel tersebut. Dinding sel terus terbentuk hingga bersatu dengan
membran dan dinding sel lama. Akhirnya, terbentuklah dua sel tumbuhan
yang terpisah serta memiliki membran dan dinding sel sendiri. Perhatikan
Gambar 4.7
.
Kata Kunci
•
Cincin filamen
•
Lempeng sel
•
Sitokinesis
Gambar 4.7
Sitokinesis pada (a) sel hewan
dan (b) sel tumbuhan.
Sumber:
Essentials of Biology
, 1990
(a)
(b)
Kontraksi cincin
filamen
Pelekukan
Lempeng sel
1.
Apakah yang dimaksud dengan siklus sel?
2.
Dalam siklus sel, apakah yang terjadi selama fase G
1
, S,
dan G
2
?
3.
Kapankah pembelahan mitosis terjadi?
4.
Jelaskan secara singkat tahapan pembelahan mitosis.
Kerjakanlah di dalam buku latihan.
Latihan Pemahaman
Subbab A
B. Pembelahan Meiosis
Makhluk hidup uniselular dapat bereproduksi hanya dengan
membelah diri. Pada makhluk hidup multiselular, reproduksi diawali oleh
pembentukan sel spora atau gamet (sel telur atau sel sperma), kemudian
sel-sel gamet tersebut bersatu melalui proses fertilisasi.
Mudah dan Aktif Belajar Biologi untuk Kelas XII
76
Manusia memiliki jumlah kromosom sel somatis sebanyak 46 buah.
Jika sel gamet manusia memiliki jumlah kromosom lengkap, melalui proses
fertilisasi keturunan yang dihasilkan akan memiliki 92 kromosom.
Keturunan selanjutnya akan memiliki jumlah kromosom 184, 368, 736,
dan seterusnya. Akan tetapi, akumulasi kromosom makhluk hidup tidak
terjadi seperti itu. Terdapat suatu proses yang menyebabkan jumlah
kromosom keturunan sama dengan jumlah induknya, meskipun berasal
dari peleburan dua sel. Proses tersebut adalah pembelahan
meiosis
.
Pembelahan meiosis disebut juga pembelahan reduksi karena jumlah
kromosom sel hasil pembelahan ini berkurang setengahnya. Pada saat
fertilisasi, jumlah kromosom sel zigot akan kembali utuh karena berasal
dari sel gamet jantan dan sel gamet betina. Kromosom dari gamet jantan
merupakan pasangan kromosom homolog dari gamet betina.
Sel yang mengandung dua set kromosom homolog disebut
diploid
.
Sel somatis (sel tubuh) pada tumbuhan, hewan, dan manusia memiliki
kromosom diploid. Adapun sel gametnya telah tereduksi dan hanya
memiliki satu set kromosom disebut
haploid
. Satu set kromosom
disimbolkan dengan huruf n sehingga set diploid adalah 2n dan set haploid
adalah n.
Selain reduksi kromosom, pembelahan meiosis memiliki fungsi penting
lain. Meiosis menyebabkan terjadinya variasi antara induk dengan
keturunannya serta antarketurunan itu sendiri. Hal tersebut terjadi
melalui pengelompokan kromosom secara bebas dan pindah silang (
crossing
over
).
Meiosis terjadi melalui dua tahap pembelahan sel. Meskipun tahap
meiosis mirip dengan tahap pada mitosis, terdapat perbedaan besar pada
perilaku kromosom dalam kedua proses tersebut.
Dua tahap pembelahan meiosis menghasilkan empat sel haploid dari
satu sel diploid. Pada pembelahan meiosis I terjadi pemisahan kromosom
homolog ke dalam dua sel anak. Pembelahan meiosis II tidak diikuti oleh
fase S pada interfase sehingga replikasi DNA dan duplikasi kromosom tidak
tejadi pada kedua sel anak.
1.
Meiosis I
Sama halnya dengan pembelahan mitosis, sebelum sel memasuki tahap
pembelahan, terlebih dahulu terjadi tahap interfase. Pada fase S interfase
terjadi replikasi DNA yang menghasilkan duplikasi kromosom. Tahap
meiosis I terdiri atas profase I, metafae I, anafase I, dan telofase I.
a.
Profase I
Pada awal profase I, terdapat dua kromatid untuk setiap kromosom.
Mirip profase pada mitosis. Namun, pada meiosis, setiap pasangan
kromosom homolog saling mendekat dan berpasangan membentuk
struktur dengan empat kromatid yang disebut
tetrad
. Proses kromosom
homolog yang berpasangan ini disebut
sinapsis
. Setiap pasangan kromosom
ini disebut
bivalen
.
Sama halnya dengan fase profase mitosis, pada profase I membran
inti sel melebur. Pada sel hewan terjadi duplikasi senteriol. Penampakan
kromosom semakin jelas ketika mendekati akhir profase I (
Gambar 4.8
).
Kata Kunci
•
Bivalen
•
Haploid
•
Kiasma
•
Kromatid
•
Meiosis I
•
Meiosis II
•
Pembelahan reduksi
•
Sinapsis
•
Tetrad
Sekilas
Biologi
Pada tahun 1883, ahli biologi
Belgia, Edward van Beneden (1846–
1910) menemukan bahwa sel
kelamin tempat gen berada, hanya
mempunyai setengah dari jumlah
kromosom normal. Sel kelamin
dibentuk secara meiosis dan terjadi
reduksi jumlah kromosom. Sel
kelamin juga mempunyai kombinasi
gen unik sehingga menghasilkan
variasi dalam keturunan.
Sumber:
Jendela IPTEK: Kehidupan
, 1997
Reproduksi Sel dan Pewarisan Sifat
77
Pada akhir profase I, ikatan kromosom homolog tidak terlalu kuat
dan pasangan kromosom homolog mulai terpisah. Pasangan kromosom
homolog masih saling berikatan pada beberapa titik. Titik kromatid
homolog berikatan ini disebut kiasma (jamak, kiasmata). Pada kiasma
inilah kemungkinan pindah silang dapat terjadi. Karena pengaruh gen-
gen pada satu kromosom (atau kromatid) dapat berbeda dengan gen-gen
pada pasangan homolognya dapat berbeda, pindah silang dapat mengubah
urutan gen-gen pada kromosom. Pengaruh pindah silang dapat Anda
pelajari pada pembahasan tentang pewarisan sifat.
b.
Metafase I
Pada metafase I, benang-benang spindel menempatkan setiap tetrad
sejajar bidang ekuator. Benang spindel melekat pada kinetokor sentromer.
Benang spindel dari satu kutub hanya akan melekat pada salah satu
kromosom homolog dari setiap tetrad. Benang spindel dari kutub lain
akan melekat pada kromosom homolog lain dari tetrad tersebut. Dengan
demikian, setiap kromosom dari pasangan kromosom homolog hanya dapat
tertarik pada kutub yang berlawanan. Perhatikan
Gambar 4.
, apakah
perbedaannya dengan metafase pada mitosis?
Sumber:
Essentials of Biology
, 1990
Gambar 4.8
Tahap interfase dan profase I
Sentriol
Kromatin
Membran
inti
DNA yang telah
bereplikasi
Kromosom homolog berpasangan
Sinapsis
kromosom
Tetrad
Sel diploid
Kiasma
Sumber:
Essentials of Biology
, 1990
Gambar 4.9
Tahap metafase I
c.
Anafase I
Berdasarkan pengaturan pelekatan benang spindel pada metafase I,
pada anafase I setiap kromosom dupleks dari pasangan kromosom homolog
bergerak menuju kutub yang berlawanan sehingga ikatan tetrad saja yang
Interfase
Profase I
Pasangan kromosom
sejajar bidang
pembelahan
Metafase I
Mudah dan Aktif Belajar Biologi untuk Kelas XII
78
Sumber:
Essentials of Biology
, 1990
terpisah. Hal ini berbeda dengan anafase pada mitosis yang terjadi
pemisahan kromatid. Pada fase ini jumlah kromosom bagi calon sel anak
sudah tereduksi. Perhatikan
Gambar 4.1
.
Sumber:
Essentials of Biology
, 1990
Gambar 4.10
Tahap anafase I
Kromosom homolog
berpisah
Setiap sel memiliki setengah
kromosom induk, masing-
masing dengan dua kromatid
d.
Telofase I dan Sitokinesis
Pada telofase I, kromosom berkumpul pada masing-masing kutub sel.
Saat ini setiap kutub sel memiliki jumlah kromosom haploid dan
kromosomnya masih dalam bentuk dupleks, dengan dua kromatid.
Biasanya sitokinesis terjadi bersamaan dengan telofase I dan menghasilkan
dua sel anak haploid.
Jika meiosis ini terjadi pada sel gamet manusia, jumlah kromosom tubuh
yang 46 buah akan tereduksi menjadi 23 buah pada akhir meioisis I.
Perhatikan
Gambar 4.11
.
Gambar 4.11
Tahap telofase I
2.
Meiosis II
Dua sel haploid hasil meiosis I sekarang memasuki meisosis II. Tedapat
perbedaan dalam siklus sel meiosis II ini. Pada interfase II, tidak terjadi
replikasi DNA sehingga kromosom dalam kedua sel tersebut berada dalam
keadaan dupleks. Oleh karena, kemiripannya dengan mitosis, tahap
meiosis II ini secara keseluruhan dapat dikatakan sebagai
mitosis haploid
.
a.
Profase II
Pada tahap ini benang kromatin yang semula terurai setelah telofase I
mengalami kondensasi kembali membentuk kromosom. Kromosom yang
terbentuk masih dalam keadaan dupleks, dengan dua kromatid. Membran
inti mulai melebur. Perhatikan
Gambar 4.12
.
Anafase I
Sentromer tidak
berpisah
Telofase I
Reproduksi Sel dan Pewarisan Sifat
79
Kromosom sejajar
bidang pembelahan
b.
Metafase II
Kromosom mengumpul kembali pada bidang pembelahan dengan
bantuan benang-benang spindel. Benang-benang spindel ini melekat pada
kinetokor yang nantinya akan menarik pasangan kromatid menuju kutub
yang berlawanan (
Gambar 4.13
).
Sumber:
Essentials of Biology
, 1990
Dua kromosom
setiap sel
Tidak ada replikasi DNA
Kromosom terkondensasi
Gambar 4.12
Tahap metafase II dan profase II
c.
Anafase II
Anafase II mirip dengan anafase pada mitosis. Tahap ini diawali
pemisahan sentromer dan setiap kromatid bergerak menuju kutub yang
berlawanan (
Gambar 4.14
).
Sumber:
Essentials of Biology
, 1990
Gambar 4.13
Tahap metafase II
Kromosom membelah
dan kromatid berpisah
Sitokinesis
d.
Telofase dan Sitokinesis
Tahap telofase II berlanjut dengan terbentuknya membran inti yang
menyelimuti kromosom pada masing-masing kutub. Kromosom terurai
kembali menjadi benang-benang kromatin dan diikuti oleh sitokinesis.
Gambar 4.14
Tahap anafase II
Sumber:
Essentials of Biology
, 1990
Interfase II
Profase II
Metafase II
Anafase II
Mudah dan Aktif Belajar Biologi untuk Kelas XII
80
Telofase II
Empat sel haploid
Setiap sel memiliki dua kromosom simpleks
Sitokinesis pada dua sel tersebut menghasilkan empat sel haploid.
Pada hewan jantan, empat sel baru yang terbentuk dapat menjadi sperma.
Pada bagian bunga jantan, dapat menjadi serbuk sari (polen). Pada hewan
atau bagian bunga betina, pembentukan gametnya lebih kompleks.
Gambar 4.15
Tahap telofase II
Sumber:
Essentials of Biology
, 1990
1.
Mengapa pembelahan meiosis penting bagi makhluk
hidup multiselular?
2.
Mengapa pembelahan meiosis disebut juga pembelahan
reduksi?
3.
Pada pembentukan apakah pembelahan meiosis
terjadi?
4.
Apakah perbedaan pembelahan meiosis I dan meiosis II?
Kerjakanlah di dalam buku latihan.
Latihan Pemahaman
Subbab B
Berdasarkan penjelasan yang telah Anda pelajari tentang pembelahan
mitosis dan meiosis, tentu Anda dapat membedakan kedua proses pembelahan
tersebut. Apakah perbedaan keduanya? Perhatikan tabel berikut ini.
Tabel 4.1
Perbedaan Mitosis dan Meiosis
1.
Satu kali duplikasi dan satu kali pembelahan
2.
Dihasilkan dua sel anak diploid (2n)
3.
Susunan gen sama dengan sel parental (induk)
4.
Terjadi pada sel somatik dan zigot
5.
Tidak terbentuk tetrad, tidak terjadi sinapsis, dan tidak
terjadi
crossing over
6.
Profase terjadi dalam waktu yang relatif singkat
7.
Pemisahan sentromer di bidang ekuator langsung
terjadi pada tahap anafase
8.
Tujuannya memperbanyak sel dan mengganti sel yang
rusak
Mitosis
Meiosis
o.
Satu kali duplikasi dan membelah berturut-turut dua kali
Dihasilkan empat sel anak haploid (n)
Susunan gen rekombinasi dari kedua sel parental
Hanya terjadi pada pembentukan gamet
Terbentuk tetrad, terjadi peristiwa sinapsis, dan ada
crossing over
Profase terjadi dalam waktu yang relatif lama
Pemisahan sentromer tidak langsung terjadi pada meiosis I,
tetapi pada meiosis II
Tujuannya mempertahankan jumlah kromosom pada
generasi berikutnya
C. Gametogenesis
Gametogenesis adalah proses pembentukan sel gamet, baik gamet
jantan maupun betina. Pembelahan sel pada gametogenesis terjadi secara
meiosis. Setelah meiosis, terjadi pematangan sel untuk menjadi sel gamet
sesuai spesies makhluk hidup.
Reproduksi Sel dan Pewarisan Sifat
81
46
46
23
23
23
23
23
23
Tubulus seminiferus
Spermatogonium
Spermatosit
primer
Spermatosit
sekunder
Spermatid
Sperma
Mitosis
Meiosis I
Meiosis II
Spermatogonium
Spermatosit primer
Spermatosit
sekunder
Spermatid
Sperma
1.
Gametogenesis pada Hewan
Gametogenesis terjadi pada organ reproduksi makhluk hidup
multiselular. Pada hewan jantan terjadi di organ testis yang disebut
spermatogenesis
. Pada hewan betina terjadi di organ ovarium yang
disebut
oogenesis
.
a.
Spermatogenesis
Sel sperma atau spermatozoid merupakan hasil dari spermatogenesis. Sel
sperma berbentuk lonjong
dan berukuran kecil
dengan flagela pada bagian
posterior (ekor). Flagela berfungsi untuk pergerakan sperma menuju sel telur
saat fertilisasi.
Pembentukan sel sperma terjadi pada organ testis hewan jantan. Di
dalam testis terdapat banyak saluran kecil yang disebut tubulus seminiferus.
Pada dinding dalam saluran inilah terjadi proses spermatogenesis. P
erhatikan
Gambar 4.15
dibawah ini.
Gambar 4.16
Proses spermatogenesis pada
tubulus semiferus testis
Sumber:
Biology: Discovering Life
, 1991
Pada tubulus seminiferus, terdapat sel-sel induk sperma atau
spermatogonium yang diploid. Untuk melangsungkan pembentukan sel
sperma, sel spermatogonium membelah secara mitosis dan menghasilkan
spermatosit primer.
Setelah spermatosit primer terbentuk, pembelahan meiosis terjadi
pada sel tersebut. Sel spermatosit primer mengalami meiosis I. Terjadi
reduksi kromosom sehingga menghasilkan dua sel spermatosit sekunder
yang haploid.
Dua sel spermatosit sekunder hasil meiosis I melakukan pembelahan
meiosis II. Dari dua sel spermatosit sekunder tersebut dihasilkan empat
sel spermatid.
Sel spermatid yang terbentuk mengalami pematangan untuk menjadi
sel sperma yang fungsional. Pematangan meliputi pembentukan tudung
akrosom yang menembus sel telur dan pembentukan flagel.
Kata Kunci
•
Sperma
•
Spermatid
•
Spermatogonium
•
Spermatosit
Mudah dan Aktif Belajar Biologi untuk Kelas XII
82
Corpus luteum
degenerasi
Corpus luteum
Ovarium
Folikel primer
Perkembangan
folikel
Oosit
Folikel
Folikel
matang
Ovulasi
Pada manusia, proses spermatogenesis dari spermatogonium hingga
menjadi sperma matang memerlukan waktu sekitar 72 hari. Sperma yang
telah matang dilepaskan menuju epididimis. Produksi sperma pada
manusia terjadi secara terus-menerus.
b.
Oogenesis
Organ reproduksi hewan betina yang utama adalah ovarium. Pada
organ ini terjadi pembentukan sel telur atau oogenesis (
Gambar 4.17
).
Sel telur atau ovum berkembang dari sel induk telur atau oogonium yang
diploid, mirip spermatogonium pada spermatogenesis. Namun, pada
oogonium, proses mitosisnya telah terjadi sebelum individu dilahirkan.
Setelah lahir, pada ovarium terdapat sekitar 400.000 oosit primer yang
siap memasuki tahap meiosis.
Oosit primer (2n) akan mengalami meiosis I menghasilkan oosit
sekunder yang haploid (n) dan sel yang lebih kecil yang disebut badan
polar I. Saat oosit sekunder memasuki profase II pada meiosis II, oosit
tersebut dilepaskan dari ovarium. Peristiwa pelepasan ini disebut ovulasi.
Oosit sekunder yang dilepaskan bergerak secara pasif dengan bantuan
pergerakan cairan dan silia tuba Fallopii menuju uterus. Meiosis II yang
menghasilkan satu ovum matang dan badan polar II tidak akan terjadi sebelum
oosit sekunder dibuahi oleh sel sperma (Levine Miller, 1991: 730). P
ada saat
sel sperma melakukan penetrasi menembus permukaan sel telur, meiosis II
berlangsung menghasilkan sel ovum matang dan badan polar II.
Pada individu betina, oogenesis hanya menghasilkan satu ovum
fungsional. Selain itu, pengeluaran sel ovum tidak terjadi secara serentak
dan banyak seperti halnya sel sperma.
Gambar 4.17
Proses oogenesis di ovarium
Sumber:
Biology: Discovering Life
, 1991
Kata Kunci
•
Badan polar
•
Oogonium
•
Oosit
Oosit primer
Oosit
sekunder
Ovum
Badan
polar II
Meiosis I
Badan polar I
Meiosis II
46
23
23
23
23
23
23
46
Mitosis
Oogonium
Reproduksi Sel dan Pewarisan Sifat
83
Benang
sari
Sel induk
mikrospora
Tapetum
Mikrosporogenesis
Sel induk
mikrospora
Meiosis II
Pembentukan serbuk sari
Meiosis II
Mikrospora
Mikrogametogenesis
Mitosis
Sel generatif
Sel tabung (sel
vegetatif )
Serbuk sari
Serbuk sari
Kepala
sari
Tungkai
sari
2.
Gametogenesis pada Tumbuhan
Pada tumbuhan, gametogenesis terjadi pada organ reproduksinya,
yakni bunga. Pembentukan gamet jantan terjadi pada alat reproduksi
jantan (kotak spora) dan disebut
mikrogametogenesis
. Adapun
pembentukan gamet betina terjadi pada alat reproduksi betina (ovarium)
dan disebut
megagametogenesis
.
a.
Mikrogametogenesis
Alat kelamin tumbuhan angiospermae jantan adalah stamen atau
benang sari. Pada organ ini, khususnya pada kepala sari, terbentuk
mikrospora yang berkembang menjadi serbuk sari atau polen.
Benang sari terdiri atas kepala sari (antera) dan tangkai sari
(filamen). Setiap kepala sari umumnya memiliki empat kantung serbuk
sari (sporangium). Di dalam sporangium, terdapat banyak sel induk
mikrospora. Sel induk tersebut akan berkembang menjadi serbuk sari.
Langkah pertama dalam pembentukan serbuk sari adalah
mikrosporogenesis
(Hopson dan essels, 1990: 468). Proses ini dimulai
dengan pembelahan meiosis sel induk mikrospora. Sel diploid tersebut melalui
pembelahan meiosis akan menghasilkan empat sel mikrospora haploid yang
masih berlekatan satu sama lain. Empat sel mikrospora hasil meiosis akhirnya
saling memisah. Langkah kedua adalah
mikrogametogenesis
, proses
pematangan mikrospora menjadi serbuk sari fungsional. Proses pematangan
melibatkan pembelahan mitosis sel mikrospora dan terjadi dalam dua tahap.
Tahap pertama, terjadi pembelahan inti dan sitoplasma sel mikrospora
membentuk sel tabung (sel vegetatif) dan sel generatif. Sel generatif berada
di dalam sel tabung. Dua sel yang berada dalam satu dinding sel ini merupakan
bentuk serbuk sari matang.
Tahap ke dua, jika serbuk sari menempel pada putik saat polinasi, sel
tabung akan membentuk jalan tabung bagi sel generatif. Saat jalan tabung
terus memanjang ke bawah, sel generatif membelah secara mitosis menjadi
dua sel generatif haploid. Kedua sel ini nantinya berperan dalam pembuahan
ganda.
Gambar 4.18
Proses pembentukan serbuk sari
Sumber:
Essentials of Biology
, 1990
Kata Kunci
•
Mikrogametogenesis
•
Mikrosporogenesis
•
Sel generatif
•
Sel Induk mikrospora
•
Sel vegetatif
Sekilas
Biologi
Hewan umumnya dapat bergerak
sehingga hewan jantan dan betina
dapat bertemu untuk melakukan
reproduksi. Pada tumbuhan
berbunga, hal ini tidak dapat
dilakukan. Oleh karena itu,
tumbuhan bergantung pada hewan
atau angin untuk membawa gamet
jantan atau polen ke bunga lain.
Berbeda dengan hewan
umumnya, banyak tumbuhan
berbunga adalah hermafrodit.
Artinya tumbuhan memiliki organ
jantan dan organ betina, biasanya
terdapat pada bunga yang sama.
Sumber:
Jendela IPTEK: Kehidupan
, 1997
Mudah dan Aktif Belajar Biologi untuk Kelas XII
84
Kepala putik
Tungkai putik
Ovarium
Ovulum
Ovulum
Sel induk
megaspora
Megasporogenesis
Sel induk megaspora
Meiosis I
Meiosis II
Megaspora haploid
sel degenerasi
Megaspora
Megagametogenesis
Mitosis
Mitosis
Megagametofit
Sinergid
Antipoda
Inti
kutub
Sel
telur
Megagametofit dewasa
dalam ovulum
b.
Megagametogenesis
Seperti serbuk sari, sel telur tumbuhan angiospermae dibentuk di
bagian bunga, yaitu pistilum. Pada organ ini terjadi pembentukan sel
telur dan tempat terjadinya fertilisasi (pembuahan). Pistilum terdiri atas
tiga bagian, yaitu kepala putik (stigma), tangkai putik (stilus), dan
ovarium. Pada ovarium inilah tempat sel telur terbentuk.
Pada ovarium terdapat ovulum atau kantung embrio. Beberapa spesies
tumbuhan dapat memiliki ovolum lebih dari satu sehingga dapat
menghasilkan buah dengan banyak biji. Pada uraian ini, hanya akan
dijelaskan perkembangan pada ovarium dengan satu ovulum. Di dalam
ovulum tersebut terdapat sel induk megaspora.
Megasporogenesis
terjadi di ovarium. Dimulai dengan pembelahan
meiosis pada sel induk megaspora yang menghasilkan 4 sel megaspora
haploid. Tiga sel megaspora mengalami degenerasi, sedangkan satu
megaspora tetap hidup dan akan mengalami pembelahan lebih lanjut.
Selanjutnya, terjadi pematangan melalui
megagametogenesis
. Pada
proses ini satu sel megaspora akan mengalami tiga kali mitosis. Akan tetapi,
pembelahan tersebut tidak diikuti sitokinesis sehingga hanya terjadi
pembelahan inti sel. Tiga kali pembelahan mitosis menghasilkan satu sel
telur dengan 8 inti sel. Kedelapan inti sel ini terkumpul dalam dua kelompok
pada ujung yang berlawanan. Satu inti dari setiap kelompok bergerak ke
tengah sel. Dua sel di tengah ini adalah inti kutub atau inti polar.
Sel dengan 8 inti sel ini disebut juga kandung lembaga yang memiliki
satu lubang kecil (mikropil) tempat masuknya gamet jantan. Terdapat
tiga inti dekat mikropil. Dua di antaranya disebut
sinergid
dan satu inti
lain merupakan inti telur. Tiga inti pada tempat yang berlawanan dengan
mikropil disebut
antipoda
. Perhatikan
Gambar 4.1
.
Gambar 4.19
Proses oogenesis di ovulum
Sumber:
Essentials of Biology
, 1990
Kata Kunci
•
Antipoda
•
Inti kutub
•
Sinergid
•
Sel induk megaspora
•
Sel telur
Mitosis
Reproduksi Sel dan Pewarisan Sifat
85
Tiga buah inti di daerah mikropil dan tiga buah inti antipoda, masing-
masing membentuk membran sel menjadi 6 buah sel. Dua inti kutub
bersatu membentuk satu sel dengan dua inti sehingga di dalam kandung
lembaga terdapat 7 sel. Pada saat fertilisasi, hanya sel telur dan inti sel
saja yang dibuahi membentuk zigot (2n) dan endospermae (3n).
1.
Apa yang dimaksud dengan gametogenesis?
2.
Pada spermatogenesis, berapakah sel sperma funsional
yang dihasilkan oosit primer melelui oogenesis?
3.
Pada mikrogametogenesis, apakah fungsi mikro-
sporogenesis dan mikrogametogenesis?
4.
Tuliskan sel-sel yang dihasilkan pada megagameto-
genesis.
Kerjakanlah di dalam buku latihan.
Latihan Pemahaman
Subbab C
D. Pola Pewarisan Sifat
Selama ribuan tahun, manusia telah melakukan seleksi terhadap
tumbuhan dan hewan. Seleksi tersebut dilakukan dengan mengawinkan
tumbuhan atau hewan unggul untuk mendapatkan keturunan dengan
sifat yang diinginkan manusia. Selama waktu tersebut, manusia memahami
pewarisan sifat hanya sebatas percampuran sifat antara induk jantan dan
induk betina yang diwariskan kepada keturunannya. Pada beberapa kasus
hal tersebut benar. Umumnya, penampakan diri Anda sedikit mirip dengan
ayah dan ibu Anda sendiri. Namun, manusia akan bingung jika
mengawinkan dua bunga ungu dan menghasilkan semua keturunan bunga
warna putih. Dari manakah sifat warna putih didapatkan?
Pada 1857,
Gregor ohann Mendel
( 1822–1884), seorang biarawan
yang berasal dari Austria, mulai mengadakan penelitian tentang pola
pewarisan sifat pada tanaman ercis (
Pisum sativum
). Pada 1866, Mendel
menyampaikan hasil penelitiannya kepada kalangan ilmuwan. Ia
menemukan bahwa semua ciri makhluk hidup diturunkan berpasangan
(gen sealel). Ia juga menemukan bahwa biasanya hanya satu ciri dari
pasangan tersebut yang menjadi sifat yang tampak (gen dominan). Saat
itu, Mendel belum mengetahui DNA dan kromosom dalam sel serta
menyebut gen-gen yang bertanggung jawab terhadap suatu ciri makhluk
hidup sebagai unit hereditas. Dua hal yang dikemukakan Mendel
merupakan dasar bagi genetika, ilmu tentang pewarisan sifat makhluk
hidup. Akan tetapi, entah karena tidak dipahami atau tidak disetujui,
saat itu penelitian Mendel terabaikan.
Kerja keras Mendel baru ditemukan kembali 35 tahun kemudian,
ketika
Hugo de ries
dan Belanda dan
Carl Correns
dari Jerman
menghasilkan kesimpulan yang sama dengan Mendel pada penelitian
mereka. Mereka menemukan hasil penelitan Mendel pada tahun 1900
ketika mempersiapkan publikasi hasil penelitiannya. Oleh sebab itu,
Mendel dinobatkan sebagai ''Bapak Genetika''.
1.
Percobaan Mendel
Mendel melakukan penelitian tentang pewarisan sifat pada tanaman
ercis. Penggunaan tanaman tersebut merupakan pilihan tepat. Oleh
karena tanaman ercis memiliki kriteria yang menguntungkan, yaitu
Sekilas
Biologi
Gregor Johann Mendel
(1822–1884)
Gregor Johann Mendel adalah
seorang biarawan Austria yang
membangun landasan ilmu
genetika. Ia dikenal sebagai “Bapak
Genetika”.
Sumber:
Concise Encyclopedia Nature
, 1994
Mudah dan Aktif Belajar Biologi untuk Kelas XII
86
berumur pendek, dapat melakukan penyerbukan sendiri, dan memiliki
banyak ciri yang dapat diamati.
Gambar 4.2
berikut memperlihatkan
beberapa ciri tanaman ercis yang diamati Mendel.
Dominan
Resesif
Kisut
Bentuk
Biji
arna
Biji
arna
Bunga
Bulat
Sumber:
Botany
, 1995
Perlu diingat pada pembahasan genetika, istilah
character
atau ciri
khas digunakan untuk menjelaskan ciri yang dapat diturunkan.
Contohnya, warna bunga, penampakan biji, dan panjang batang yang
bervariasi antarindividu. Setiap sifat dari ciri khas tersebut, seperti bunga
ungu atau bunga putih, disebut
trait
atau sifat (Campbell, 1998: 239).
Setiap sifat untuk ciri tersebut selalu berpasangan, seperti tinggi dan
pendek, bulat dan kisut, atau besar dan kecil.
a.
Hukum I Mendel
Pada satu percobaan, Mendel menyilangkan tanaman ercis dan biji
kuning dengan tanaman dari biji hijau. Kedua biji tanaman tersebut
merupakan galur murni, didapat dari individu dengan sifat asli dan murni.
Galur murni didapat dengan mengawinkan individu dengan sifat sama
yang dinginkan berkali-kali.
Tanaman galur murni tersebut disebut P
1
atau
parental
(induk)
pertama. Keturunan hasil persilangan disebut F
1
atau
filial
(generasi)
pertama. Semua F
1
persilangan tersebut adalah biji kuning.
Untuk mengetahui generasi selanjutnya, Mendel menanam biji
kuning dari F
1
. Tanaman tumbuh dan dewasa, melakukan penyerbukan
sendiri, dan menghasilkan keturunan F
2
. Hasilnya biji dengan sifat warna
hijau muncul kembali pada generasi F
2
. Dari 8.023 biji F
2
yang dihasilkan,
Mendel menemukan bahwa 6.022 biji adalah kuning dan 2.001 biji lainnya
adalah hijau. Hal tersebut menghasilkan perbandingan biji kuning dan
hijau sebesar 3:1 (
Gambar 4.2
).
Gambar 4.20
Beberapa ciri yang diamati Mendel
Kuning
Ungu
arna
Tunas
Ungu
Ungu
Abu-abu
arna
Kulit Biji
Halus
Bentuk
Buah
Hijau
arna
Buah
Ketiak batang
(aksial)
Posisi Bunga
Tinggi
Panjang
Batang
Hijau
Putih
Hijau
Putih
Bergelombang
Kuning
Ujung batang
(terminal)
Pendek
Reproduksi Sel dan Pewarisan Sifat
87
(a)
(b)
Hukum I Mendel
P
1
Biji
kuning
Biji
hijau
Penyilangan
×
YY
yy
Y y
Biji baru
terbentuk
Semua
kuning
Biji F
1
kuning
ditanam
Penyerbukan
sendiri
Biji F
2
pada
tanaman F
1
1
4
hijau
3
4
kuning
Tanaman F
1
Biji F
1
pada
tanaman P
1
Polen T
elur
Yy
Fenotipe
kuning
Genotipe
heterozigot
Tanaman
heterozigot
Yy
Yy
Polen
Telur
Yy
yy
Y
Y
y
y
Diagram
Punnett
Fenotipe F
2
Yy
YY
yy
Yy
Genotipe
1 : 2 : 1
3 : 1
Perbandingan genotipe
Perbandingan fenotipe
YY
Yy
Penyilangan yang dilakukan Mendel
×
Dari hasil percobaan tersebut, Mendel mencatat dua hal penting.
1) Sifat warna biji hijau menghilang pada generasi F
1
, namun muncul
kembali pada generasi F
2
.
2) Ketika sifat warna biji hijau muncul kembali, sifatnya sama dengan
biji P
1
.
Gambar 4.21
(a) Langkah-langkah penyilangan
yang dilakukan Mendel.
(b) Kesimpulan yang didapat oleh
Mendel.
Sumber:
Essentials of Biology
, 1990
Mendel kemudian berpendapat bahwa pada tanaman F
1
, informasi
untuk pembentukan biji hijau masih ada, namun tidak terlihat. Mendel
juga berpendapat bahwa setiap tumbuhan P
1
memberikan informasi bagi
pembentukan warna biji kuning dan hijau, meskipun akhirnya mereka
hanya menghasilkan biji kuning.
Ketika terdapat dua alternatif sifat bagi suatu ciri, sifat yang terlihat
adalah sifat
dominan
, sedangkan sifat yang kalah dan tidak terlihat
adalah
resesif
. Pada kasus ini, sifat biji kuning adalah dominan terhadap
sifat biji hijau. Pada semua ciri tanaman ercis yang Mendel amati, ia
menemukan bahwa selalu terdapat satu sifat dominan terhadap sifat lain.
Selain itu, perbandingan keturunan pada generasi pada generasi F
2
selalu
3 : 1 untuk sifat dominan terhadap resesif.
Mudah dan Aktif Belajar Biologi untuk Kelas XII
88
Mendel menarik kesimpulan bahwa perbandingan 3 : 1 untuk sifat
dominan terhadap resesif pada F
2
dapat terjadi jika setiap individu hanya
memiliki dua unit hereditas untuk setiap ciri yang dipengaruhi. Setiap
unit hereditas didapat dari setiap induk jantan dan betina.
Kini unit hereditas yang diungkapkan Mendel disebut gen, yakni
faktor pewarisan sifat yang mengatur ciri khusus individu, seperti
penampakan, perilaku, dan fisiologis. Pada penelitian Mendel, gen
mengatur warna biji, hijau atau kuning. Setiap bentuk alternatif gen
disebut
alel
. Misalnya, pada gen yang mengatur warna biji terdapat gen
untuk warna biji hijau dengan alel gen untuk warna biji kuning sehingga
gen selalu berpasangan.
Pada individu, alel didapat dari setiap induk dan bersifat dominan
atau resesif. Gen dominan biasanya dilambangkan dengan huruf kapital
(besar), sedangkan gen resesif dilambangkan dengan huruf kecil yang
sama. Jika huruf Y dilambangkan untuk alel gen warna biji kuning maka
huruf y dilambangkan untuk alel gen warna biji hijau.
Berdasarkan hal tersebut, tanaman galur murni dengan sifat biji hijau
memiliki pasangan alel YY, untuk galur murni biji kuning adalah yy.
Pasangan alel ini disebut
homozigot
, memiliki pasangan yang sama.
Pada F
1
, pasangan alel didapat dari kedua induk galur murni sehingga
semua generasi F
1
memiliki pasangan alel Yy. Pasangan ini disebut
heterozigot
, memiliki pasangan yang berbeda. Pasangan alel-alel tersebut
merupakan
genotipe
, tipe gen pada sel atau individu. Genotipe tidak
tampak pada individu, namun genotipe memengaruhi penampakan sel-
sel atau individu. Penampakan genotipe ini disebut
fenotipe
.
Pada generasi F
1
memiliki genotipe Yy yang mengandung alel untuk
sifat biji warna kuning dan hijau. Akan tetapi, fenotipe generasi tersebut
adalah biji warna kuning. Hal tersebut merupakan ekspresi alel gen
dominan.
Hasil percobaan Mendel terhadap sifat dominan dan resesif yang
diwariskan, menghasilkan Hukum I Mendel atau
hukum segregasi
.
Berdasarkan hukum ini, setiap individu membawa dua unit hereditas
(gen sealel) yang memengaruhi suatu ciri tertentu. Selama meiosis, dua
alel tersebut bersegregasi (berpisah) satu sama lain. Setiap alel kemudian
tergabung dalam gamet. Alel akan bergabung kembali dengan pasangan
alel yang sama atau berbeda melalui fertilisasi. Individu diploid hasil
fertilisasi memiliki dua alel untuk setiap ciri. Satu dari setiap induknya.
Pembentukan pasangan alel pada individu melalui fertilisasi terjadi
secara acak. Terdapat suatu metode untuk mengetahui kemungkinan
pasangan alel pada individu baru yang disebut diagram Punnett. Diagram
ini memperlihatkan kemungkinan alel gamet dari pasangan homozigot dan
atau heterozigot, serta kemungkinan pasangan alel pada individu baru.
Pada generasi F
2
terdapat biji fenotipe kuning dengan genotipe
homozigot maupun heterozigot. Bagaimana cara Mendel mengetahui
genotipe yang berbeda pada semua biji warna kuning? Mendel melakukan
test cross
, mengawinkan tanaman dengan genotipe yang belum diketahui
dengan tanaman yang memiliki genotipe homozigot resesif (biji hijau galur
Kata Kunci
•
Diagram Punnett
•
Dominan
•
Fenotipe
•
Genotipe
•
Heterozigot
•
Homozigot
•
Resesif
•
Segregasi
•
Test cross
Diketahui sifat rambut keriting
dominan terhadap sifat rambut
lurus. Jika pasangan dengan rambut
keriting menikah, adakah
kemungkinan keturunannya
berambut lurus?
Logika
Biologi
Reproduksi Sel dan Pewarisan Sifat
89
Gambar 4.22
Diagram Punnett dan
test cross
yang
dilakukan Mendel.
(a) Jika biji F
2
homozigot dan
(b) jika biji F
2
heterozigot.
Sumber:
Essentials of Biology
, 1990
YY
yy
Yy
yy
Yy
Yy
Yy
Yy
y
y
y
Y
y
y
Yy
Yy
yy
yy
Y
Y
Yy
Yy
Yy
Yy
yy
yy
Yy
Yy
(a)
(b)
b.
Hukum II Mendel
Makhluk hidup umumnya memiliki pasangan alel untuk ratusan
hingga ribuan ciri khas di dalam selnya. Pada percoban sebelumnya,
Mendel menyilangkan tanaman ercis dengan satu ciri. Bagaimana jika
menyilangkan individu dengan dua ciri?
Mendel melakukan sebuah percobaan untuk mempelajari bagaimana
dua ciri, bentuk dan warna biji, dapat berinteraksi dalam pewarisan sifat.
Setelah mengetahui pada bentuk biji, sifat biji bulat dominan terhadap
biji kisut, Mendel menyilangkan galur murni biji bulat kuning (RRYY)
dengan galur murni biji kisut hijau (rryy).
Persilangan dengan dua ciri beda ini disebut persilangan
dihibrid
.
Sebelumnya Mendel melakukan persilangan tanaman ercis dengan satu
ciri yang sebut persilangan
monohibrid
. Persilangan dihibrid antara galur
murni biji bulat kuning dan biji kisut hijau menghasilkan generasi F
1
semua biji bulat kuning.
Pada persilangan antara F
1
dan F
1
, dihasilkan generasi F
2
yang
bervariasi. Termasuk dua fenotipe baru yang belum terlihat pada kedua
induk. Tampaknya, alel dari gen untuk warna dan bentuk biji memisah
secara bebas pada pembentukan gamet generasi F
2
sehingga dihasilkan
empat jenis polen dan sel telur dengan kombinasi gen yang berbeda. Setiap
gamet dapat memiliki kombinasi gen RY, ry, rY, atau Ry. Rekombinasi
atau penyusunan kembali gen-gen yang terjadi melalui fertilisasi
menghasilkan 16 kombinasi alel. Dari 16 kombinasi, dihasilkan 9 macam
genotipe dan 4 macam fenotipe dengan perbandingan 9:3:3:1.
Kata Kunci
•
Dihibrid
•
Pengelompokkan secara bebas
•
Segitiga pascal
murni). Jika semua keturunan tetap kuning, berarti biji kuning F
2
adalah
homozigot. Akan tetapi, jika
test cross
mengandung biji kuning dan hijau,
berarti biji kuning F
2
adalah heterozigot. Perhatikan gambar berikut.
Kuning
homozigot
Hijau
Kuning
heterozigot
Hijau
Semua biji kuning
Terdapat keturunan hijau dan kuning
Mudah dan Aktif Belajar Biologi untuk Kelas XII
90
Dari hasil tersebut, Mendel menyimpulkan hasilnya dan dikenal
dengan Hukum II Mendel, hukum pengelompokan secara bebas
(
independent assortment
). Hukum ini menyatakan bahwa alel dari gen
yang berbeda dibagikan secara acak ke dalam gamet-gamet dan fertilisasi
terjadi secara acak pula.
Persilangan monohibrid menghasilkan perbandingan fenotipe 3:1.
Adapun persilangan dihibrid menghasilkan perbandingan fenotipe 9:3:3:1.
Bagaimana perbandingan fenotipe dengan tiga ciri atau bahkan lebih?
Hal tersebut dapat diketahui menggunakan
segitiga Pascal
. Perhatikan
Tabel 4.2
berikut.
Sumber:
Essentials of Biology
, 1990
Gambar 4.23
Persilangan dihibrid dan kombinasi
sifat yang didapatkan
P
1
RR
YY
F
1
RY
ry
rr
y y
RY
RY
rY
rY
Ry
Ry
ry
ry
RR YY
Rr YY
Rr YY
RR Yy
RR Yy
rr YY
Rr Yy
Rr Yy
Rr Yy
Rr Yy
rr Yy
rr Yy
Rr yy
Rr yy
rr yy
RR yy
F
2
R
–
Y
–
R
–
y
–
rrY
–
rryy
Penyilangan
Fenotipe : bulat kuning
genotipe : Rr Yy
Penyerbukan sendiri
Genotipe
Fenotipe
Perbandingan fenotipe
Bulat kuning
9/16
Bulat hijau
Kisut kuning
Kisut hijau
3/16
3/16
1/16
Reproduksi Sel dan Pewarisan Sifat
91
2.
Kromosom, Meiosis, dan Pewarisan Sifat
Pada 1902, seorang sarjana Amerika,
alter Sutton
dan seorang ahli
biologi Jerman,
Theodor Boveri
secara terpisah menemukan hubungan
antara pembelahan meiosis dan pola pewarisan sifat Mendel. Mereka
mengamati bahwa kromosom pada pembelahan meiosis memiliki perilaku
yang mirip dengan perilaku gen-gen yang dijelaskan Mendel.
Sutton meneliti sel testis belalang dan menemukan bahwa kromosom
berpisah selama meiosis. Gen-gen tersusun kembali dan mengelompok
secara acak. Melalui pengamatan yang hati-hati, Sutton dan Boveri
mengajukan teori kromosom pewarisan sifat. Berdasarkan teori ini,
kromosom membawa unit hereditas (gen) Mendel. Unit hereditas ini
memisah dan tersusun kembali dalam meiosis dan fertilisasi. Perhatikan
gambar berikut.
umlah
Ciri
1
2
3
4
5
n
Kemungkinan Macam
Fenotipe F
2
Tabel. 4.2
Segitiga Pascal untuk Mengetahui Perbandingan Fenotipe
P
erbandingan Fenotipe F
2
umlah Macam
Gamet F
1
2
1
2
2
2
4
2
3
8
2
4
16
2
5
43
2
n
1 1
1 2 1
1 3 3 1
1 4 6 4 1
1 5 10 10 5 1
dan seterusnya
3 : 1
9 : 3 : 3 : 1
27 : 9 : 9 : 9 : 3 : 3 : 3 : 1
81 : 27 : 27 : 27 : 27 : 9 : 9 : 9 :
9 : 9 : 9 : 3 : 3 : 3 : 3 : 1
243 ... dan seterusnya
3
n
: ... dan seterusnya
Gambar 4.24
Segresi dan pengelompokan secara
bebas yang terjadi pada kromosom
saat meiosis pembentukan gamet.
Sumber:
Essentials of Biology
, 1990
Gambar tersebut memperlihatkan pergerakan kromosom selama
meiosis dan bagaimana gen dibagikan selama pembentukan gamet. Induk
jantan dari generasi P
1
memberikan alel Y dan R, sedangkan induk betina
memberikan alel y dan r kepada sel tubuh F
1
(
Gambar 4.24a
). Individu
F
1
akan dewasa dan menghasilkan gamet (
Gambar 4.24b
).
(a) Sel heterozigot (RrYy)
(b) Profase
Kromosom
berduplikasi
dan
berpasangan
Kromosom dari
induk jantan
Kromosom dari
induk betina
Pembagian yang
mungkin terjadi
(c) Meiosis I
segregasi alel
(d) Meiosis II
kombinasi hasil meiosis
1
4
yr mirip induk
betina
1
4
YR mirip induk
jantan
1
4
yR rekombinasi
1
4
Yr rekombinasi
Mudah dan Aktif Belajar Biologi untuk Kelas XII
92
Diagram Persilangan Ayam Berjengger Rose dan Ayam Berjenger Pea
P
1
genotipe :
RRpp
rrPP
fenotipe
:
rose
pea
gamet
:
Rp
rP
F
1
RrPp
P
2
genotipe :
RrPp
RrPp
fenotipe
:
alnut
alnut
gamet
:
RP, rP, Rp, rp
RP, rP, Rp, rp
F
2
Saat pembentukan gamet, dua pasang kromosom homolog dapat
tersusun dalam dua cara yang berbeda saat metafase(
Gambar 4.24c
).
Cara pertama menghasilkan gamet dengan susunan kromosom mirip induk
P
1
. Menghasilkan gamet dengan kombinasi gen YR dan yr. Cara kedua
menghasilkan gamet rekombinasi (kombinasi baru) dengan kombinsi gen
yR dan Yr (
Gambar 4.24d
). Hasil kerja Sutton dan Boveri ini mem-
perlihatkan hubungan antara gen, kromosom, meiosis, dan pewarisan sifat
yang dikemukakan Mendel.
3.
Penyimpangan Semu Hukum Mendel
Meskipun hukum Mendel merupakan dasar dari perwarisan sifat,
penelitian lebih lanjut menemukan bahwa banyak gen yang tidak sesuai
hukum Mendel. Jika perbandingan dengan fenotipe F
2
hasil persilangan
monohibrid dan dihibrid berdasarkan hukum Mendel adalah 3:1 dan
9:3:3:1, penelitian lain menghasilkan perbandingan F
2
yang berbeda.
Misalnya, 9:3:4, 12:3:1, dan 9:7.
Penelitian lebih lanjut mengungkapkan bahwa hal tersebut disebabkan
oleh adanya interaksi antargen. Interaksi tersebut menghasilkan
perbandingan fenotipe yang menyimpang dari hukum Mendel. Interaksi
antargen yang menyebabkan penyimpangan semu hukum Mendel dapat
berupa
epistasis hipostasis
,
polimeri
,
kriptomeri
, dan adanya
gen
komplementer
.
a.
Epistasis dan Hipostasis
Fenomena ini diungkapkan kali pertama oleh
illiam Bateson
dan
R.C Punnett
. Mereka mengawinkan berbagai macam ayam dengan
memerhatikan bentuk jengger. Persilangan antara ayam berjengger tipe
rose
(mawar) dengan tipe
pea
(ercis) menghasilkan 100% ayam berjengger
alnut
.
Semula, munculnya ayam berjengger
alnut
diduga merupakan sifat
intermedier (sifat antara) yang muncul jika gennya heterozigot. Akan tetapi,
jika ayam F
1
berjengger
alnut
tersebut dikawinkan sesamanya, dihasilkan
empat fenotipe dengan perbandingan 9:3:3:1. Selain fenotipe jengger ayam
rose
,
pea
, dan
alnut
muncul satu sifat baru lain, yakni
single
(tunggal).
RRPP
alnut
RrPP
alnut
RRPp
alnut
RrPp
alnut
RRPp
alnut
RrPp
alnut
RRpp
rose
Rrpp
rose
RrPP
alnut
rrPP
pea
RrPp
alnut
rrPp
pea
RrPp
alnut
rrPp
pea
Rrpp
rose
rrpp
single
rP
Rp
rp
RP
RP
rP
Rp
rp
Sekilas
Biologi
Penyimpangan semu hukum
Mendel menghasilkan perdebatan
di kalangan ilmuwan saat itu.
Seorang ahli genetika Soviet, Trofim
Lysenko (1898–1976), merupakan
orang yang berpengaruh pada
zaman pemerintahan Stalin. Lysenko
mengusir ahli-ahli genetika
pengikut Mendel dan mendominasi
genetika Soviet selama bertahun-
tahun.
Sumber:
Jendela IPTEK: Evolusi
, 1996
Reproduksi Sel dan Pewarisan Sifat
93
Jengger tipe
alnut
dan single merupakan tipe jengger baru yang
muncul dan tidak dijumpai pada kedua induk. Hal ini disebabkan oleh
adanya interaksi antargen. Adanya empat sifat beda dengan perbandingan
9:3:3:1 memberikan petunjuk bahwa terdapat dua pasang alel yang berbeda
ikut mempengaruhi bentuk jengger ayam.
Sepasang alel (RR) menentukan tipe jengger
rose
dan sepasang alel
(PP) menentukan tipe jengger pea. Interaksi antar gen
rose
dan
pea
menghasilkan fenotipe
alnut
(R-P-) dan
single
(rrpp).
Gen R dominan terhadap alel r dan gen P dominan terhadap p. Satu
atau sepasang gen R dominan terhadap gen r, dalam hal ini menghasilkan
fenotipe baru, yakni
alnut
. Sepasang gen rrpp menghasilkan fenotipe
baru,
single
. Meskipun terdapat dominansi antara gen P dan gen R, gen-
gen tersebut bukanlah gen sealel (Suryo, 2001: 131).
Peristiwa sebuah atau sepasang gen yang menutupi atau mengalahkan
ekspresi gen lain yang bukan sealel disebut
epistasis
. Adapun gen yang
kalah disebut
hipostasis
. Terkadang, peristiwa epistasis dan hipostasis
menghasilkan fenotipe baru (Starr Taggart, 1995:179)
Epistasis dapat dibedakan berdasarkan dominansi terhadap gen lain
menjadi:
1) Epistasis dominan
Hal ini terjadi jika suatu gen bersifat epistasis terhadap gen lain jika
bersifat dominan terhadap alelnya. Misalnya, terdapat gen A dan B yang
mengatur suatu ciri, maka pada epistasis dominan berlaku sifat gen:
A epistasis terhadap B dan b
2) Epistasis resesif
Pada epistasis ini, gen akan bersifat epistasis jika dalam keadaan
resesif terhadap alelnya. Contohnya:
aa epistasis terhadap B dan b
3) Epistasis dominan dan resesif
Epistasis jenis ini terjadi jika pada suatu ciri yang dikendalikan oleh
dua gen dan terdapat epistasis dominan dan resesif. Contohnya:
A epistasis terhadap B dan b
bb epistasis terhadap A dan a
Sumber:
Biology: The Unity and Diversity of Life
, 1995
Single
Pea
Rose
Walnut
Gambar 4.25
Empat tipe jengger ayam
Charles Darwin menamai peristiwa
munculnya kembali suatu sifat
keturunan yang telah menghilang
selama beberapa generasi sebagai
atavisme
. Peristiwa epitasis dapat
menyebabkan timbulnya suatu sifat
yang telah menghilang selama
beberapa generasi. Atavisme sering
dijumpai pada perkawinan burung dara
kipas yang dapat menghasilkan anak
berekor lurus menyerupai burung dara
liar.
Sumber:
Suryo,
2001
Fakta
Biologi
Mudah dan Aktif Belajar Biologi untuk Kelas XII
94
Contoh Soal 4.1
arna umbi lapis bawang (
Allium
sp.) dipengaruhi dua gen
M: gen untuk umbi merah
K : gen untuk umbi kuning
Gen M epistasis terhadap gen K. Adapun genotipe mmkk menghasilkan fenotipe
baru, yakni umbi lapis putih. Tentukan perbandingan fenotipe generasi ke-2.
P
genotipe :
MMkk
mmKK
fenotipe :
Merah kuning
gamet
:
Mk
mK
F
1
genotipe : MmKk
fenotipe : Merah
gamet
:
MK, Mk, mK, mk
F
2
Perkawinan antara bawang dengan umbi lapis warna merah homozigot dengan
kuning homozigot menghasilkan generasi F
1
100% berumbi lapis warna merah.
Persilangan antar F
1
menghasilkan generasi F
2
dengan perbandingan umbi lapis merah,
kuning dan putih sebesar 12 : 3 : 1.
Terlihat perbandingan fenotipe tersebut berbeda dari hukum Mendel, tetapi
sebenarnya tidak demikian. Perbandingan fenotipe perkawinan dihibrid ini tetap
9 :3:3:1, hanya perbandingan fenotipe yang mengalami modifikasi menjadi (9+3): 3:1.
Epistasis dan Hipotasis
Tujuan
Menentukan genotipe hasil epistasis dan hipotasis
Alat dan Bahan
1.
Dua buah baling-baling genetik yang memiliki empat tangan seperti tampak
pada gambar
2.
Jarum pentul
3.
Papan
Langkah Kerja
1.
Siapkan 2 buah baling-baling genetik.
2.
Tancapkan kedua buah baling-baling genetik tersebut pada sebidang papan.
3.
Putarlah kedua baling-baling secara bersamaan dan hentikan secara acak
4.
Amati tangan baling-baling yang bertemu. Catatlah dalam suatu tabel. Lakukan
terus hingga menghasilkan minimal 96 kombinasi.
Pertanyaan
Bagaimana hasilnya? Tuliskan genotipe dan fenotipe yang diperoleh berikut
perbandingannya.
Aktivitas Biologi 4.1
Keterangan
:
R =
rose
P =
pea
R dan P jika bertemu =
walnut
r dan p jika bertemu =
single
Rp
rP
Rp
rp
Rp
rp
rP
RP
•
•
•
•
Jarum
F2 : M-K-
9 Umbi lapis merah
M-kk
3 Umbi lapis merah
mmK-
3 Umbi lapis kuning
mmkk
1
Umbi lapis putih
MMKK
merah
MMKk
merah
MmKK
merah
MmKk
merah
MmKK
merah
MmKk
merah
mmKK
kuning
mmKk
kuning
MMKk
merah
MMkk
merah
MmKk
merah
mMkk
merah
Mk
mK
mk
MK
MK
Mk
mK
MmKk
merah
Mmkk
merah
mmKk
kuning
mmkk
kuning
mk
Reproduksi Sel dan Pewarisan Sifat
95
b.
Polimeri
elson Ehle
membuktikan polimeri ketika menyilangkan gandum
kulit merah dengan kulit putih. Generasi F
1
hasil perbandingan tersebut
menghasilkan 100% gandum kulit merah. Persilangan F
1
menghasilkan
generasi F
2
dengan perbandingan kulit merah dan putih sebesar 15:1.
Dari perbandingan tersebut dapat diduga bahwa persilangan yang
dilakukan merupakan persilangan dihibrid.
Perbandingan 15:1 merupakan modifikasi dari hukum Mendel
mengenai persilangan dihibrid. Perbandingan 15:1 dihasilkan dari
modifikasi perbandingan (9+3+3) : 1. Penelitian lebih lanjut
memperlihatkan bahwa gen pembawa sifat merah adalah dominan dan
terdapat dua pasang alel yang menentukan sifat kulit merah. Perhatikan
persilangan berikut.
Diagram Persilangan Gandum arna Merah dan arna Putih
Gen merah disimbolkan M
1
dan M
2
, sedangkan gen putih disimbolkan dengan m
1
dan m
2
.
P
genotipe :
merah
putih
fenotipe
:
M
1
M
1
M
2
M
2
m
1
m
1
m
2
m
2
gamet
:
M
1
M
2
m
1
m
2
F
1
genotipe :
merah
merah
fenotipe
:
M
1
m
1
M
2
m
2
M
1
m
1
M
2
m
2
gamet
:
M
1
M
2
, M
1
m
2
, m
1
M
2
, m
1
m
2
M
1
M
2
M
1
m
2
m
1
M
2
m
1
m
2
M
1
M
2
M
1
m
2
m
1
M
2
m
1
m
2
M
1
M
1
M
2
M
2
(merah)
M
1
M
1
M
2
m
2
(merah)
M
1
m
1
M
2
M
2
(merah)
M
1
m
1
M
2
m
2
(merah)
M
1
M
1
M
2
m
2
(merah)
M
1
M
1
m
2
m
2
(merah)
M
1
m
1
M
2
m
2
(merah)
M
1
m
1
m
2
m
2
(merah)
M
1
m
1
M
2
M
2
(merah)
M
1
m
1
M
2
m
2
(merah)
m
1
m
1
M
2
M
2
(merah)
m
1
m
1
M
2
m
2
(merah)
M
1
m
1
M
2
m
2
(merah)
M
1
m
1
m
2
m
2
(merah)
m
1
m
1
M
2
m
2
(merah)
m
1
m
1
m
2
m
2
(putih)
F
2
M
1
- - -
15
merah
m
1
m
1
m
1
m
1
1
putih
Berdasarkan hasil generasi F
2
, diketahui bahwa terdapat 15 dari 16
kemu
ngkinan perkawinan menghasilkan fenotipe merah, karena
mengandung gen dominan M. Adapun satu kemungkinan menghasilkan
fenotipe putih karena tidak memiliki gen dominan M. Hasil generasi F
2
juga mengungkapkan bahwa semakin banyak gen dominan M, semakin
tua warna kulit gandum tersebut. Jika terjadi sebaliknya, warna kulit
gandum semakin putih.
Dari percobaan tersebut, dapat disimpulkan bahwa polimeri
merupakan peristiwa dipengaruhinya satu ciri oleh banyak gen yang berdiri
sendiri dan terjadi secara akumulatif. Semakin banyak gen yang
memengaruhi, semakin nyata perbedaannya. Contoh lain polimeri terjadi
pada warna iris mata manusia dan warna kulit.
Mudah dan Aktif Belajar Biologi untuk Kelas XII
96
c.
Kriptomeri
Kriptomeri kali pertama diungkapkan oleh
Corens
pada saat
menyilangkan bunga
inaria marrocana
galur murni warna merah dan
putih. Generasi F
1
hasil persilangan didapatkan semua bunga berwarna
ungu. Kemudian bunga tersebut disilangkan dengan sesamanya
menghasilkan generasi F
2
. Hasilnya, didapatkan fenotipe bunga ungu,
merah, dan putih dengan perbandingan 9:3:4. Dari hasil tersebut diduga
kuat bahwa persilangan tersebut merupakan persilangan dihibrida.
Berdasarkan penelitian Correns, gen pembentuk antosianin dominan
terhadap gen tanpa antosianin. Pigmen antosianin berwarna merah jika
berada dalam sitoplasma sel yang bersifat asam. Jika sitoplasma bersifat
basa, pigmen berwarna ungu. Sifat asam basa sitoplasma ini dipengaruhi
oleh gen lain. Gen penyebab sitoplasma basa ini bersifat dominan.
Berdasarkan dua ciri, pembentukan antosianin dan derajat keasaman
sitoplasma menyebabkan fenotipe bunga warna ungu tersembunyi. arna
ungu akan tampak jika kedua gen dominan muncul. Karena itulah
peristiwa ini disebut kriptomeri (
kriptos
tersembunyi). Perhatikan
persilangan berikut.
P
genotipe :
merah
putih
fenotipe :
AAbb
aaBB
gamet
:
Ab
aB
F
1
genotipe :
ungu
ungu
fenotipe :
AaBb
AaBb
gamet
:
AB, Ab
aB, bb
F
2
Diagram Persilangan Bunga Linaria
a occana
AB
Ab
aB
ab
AB
Ab
aB
ab
AABB
(ungu)
AABb
(ungu)
AaBB
(ungu)
AaBb
(ungu)
AaBB
(ungu)
AaBb
(ungu)
aaBB
(putih)
aaBb
(putih)
AABb
(ungu)
AAbb
(merah)
AaBb
(ungu)
Aabb
(merah)
AaBb
(ungu)
Aabb
(merah)
aaBb
(putih)
aabb
(putih)
F
2
A-B-
9
ungu (antosianin, basa)
A-bb
3
merah (antosianin, asam)
aa- -
4 putih (tanpa antosianin, basa asam)
Perbandingan fenotipe F
2
9:3:4 terlihat tidak sesuai dengan perbandingan fenotipe
dihibrid menurut Mendel. Sebenarnya perbandingan tersebut hanyalah modifikasi
dari hukum Mendel, yaitu 9:3 : (3+1).
d.
Komplementer
Fenomena gen komplementer kali pertama diamati oleh
. Bateson
dan
R.C. Punnet
saat mengamati persilangan bunga
athyrus odoratus
.
Komplementer merupakan interaksi gen yang saling melengkapi. Jika salah
satu gen tidak muncul, sifat yang dimaksud juga tidak muncul atau tidak
sempurna.
Reproduksi Sel dan Pewarisan Sifat
97
Pada bunga
athyrus odoratus
, terdapat dua gen yang saling
berinteraksi dalam memunculkan pigmen pada bunga.
Gen C : membentuk pigmen warna
Gen c : tidak membentuk pigmen warna
Gen P : membentuk enzim pengaktif pigmen
Gen p : tidak membentuk enzim pengaktif pigmen
Berdasarkan gen-gen tersebut, warna pada bunga hanya akan timbul
jika kedua gen, penghasil pigmen (C) dan penghasil enzim pengaktif
pigmen (P), muncul. Jika salah satu atau kedua gen tidak muncul, bunga
tidak berwarna (putih). Perhatikan persilangan berikut.
P
genotipe :
CCpp
ccPP
fenotipe :
putih
putih
gamet
:
Cp
cP
F
1
genotipe :
ccPp
fenotipe :
ungu
ungu
P2
genotipe :
CcPp
CcPp
gamet
:
CP, Cp, cP, cp
CP, Cp, cP, cp
Diagram persilangan
Lat y u odo atu
CP
Cp
cP
cp
CP
Cp
cP
cp
CCPP
(ungu)
CCPp
(ungu)
CcPP
(ungu)
CcPp
(ungu)
CCPp
(ungu)
CCpp
(putih)
CcPp
(ungu)
Ccpp
(putih)
CcPp
(ungu)
Ccpp
(putih)
ccPp
(putih)
ccpp
(putih)
CcPP
(ungu)
CcPp
(ungu)
ccPP
(putih)
ccPp
(putih)
F
2
C-P -
9
ungu (pigmen warna, enzim pengaktif)
C-pp
3
putih (pigmen warna, tanpa enzim pengaktif)
ccP-
3 putih (tanpa pigmen warna, enzim pengaktif)
ccpp
1 putih (tanpa pigmen dan enzim)
Berdasarkan hasil persilangan, generasi F
2
menghasilkan perbandingan fenotipe
ungu dan putih sebesar 9:7. Sepintas, tampak hal tersebut tidak sesuai hukum Mendel.
Akan tetapi, sebenarnya perbandingan 9:7 tersebut hanya modifikasi dari perbandingan
9 : (3+3+1).
4.
Pautan dan Pindah Silang
Meskipun prinsip dasar Hukum II Mendel adalah adanya penge-
lompokan secara bebas (
independent assortment
), para ahli genetika
akhirnya mengetahui bahwa tidak semua gen mengelompok secara bebas.
Beberapa diturunkan bersama-sama atau saling terkait. Fenomena ini
menyebabkan perbedaan hasil persilangan yang tidak sesuai hukum
Mendel yang disebut
pautan
. Selain pautan, perbedaan hasil juga
diperoleh jika terjadi pindah silang (
crossing over
) antarkromosom.
a.
Pautan
Terjadinya pautan (
gen linkage
) antargen ini ternyata disebabkan oleh
letak gen-gen tersebut masih berada dalam kromosom yang sama. Oleh
sebab itu, ketika kromosom memisah sewaktu meiosis dan membentuk
gamet, kedua gen tetap bersama.
Mudah dan Aktif Belajar Biologi untuk Kelas XII
98
P
genotipe :
PPLL
ppll
fenotipe :
ungu, lonjong
merah, bulat
gamet
:
PL
pl
F1
genotipe :
PpLl
fenotipe :
ungu, lonjong
gamet
:
PL, Pl, pL, pl
PL, pl
normal
pautan
Perbandingan yang diharapkan 9 : 3 : 3 : 1
Diagram perbandingan tanaman ercis yang memiliki pautan gen
Salah satu contoh pautan terjadi pada penelitian oleh
illiam
Bateson
dan
R.C. Punnet
sekitar 1905. Mereka mengembangkan
tanaman ercis galur murni yang mengandung gen P untuk warna bunga
ungu yang dominan terhadap gen P untuk warna bunga merah. Tanaman
tersebut juga mengandung gen L untuk polen lonjong yang dominan
terhadap gen l untuk polen bulat.
Pertama, mereka menyilangkan tanaman dengan alel homozigot.
Hasilnya, semua generasi F
1
menghasilkan tanaman bunga ungu dengan
polen lonjong (PpLl) seperti yang telah diduga sebelumnya. Ketika sesama
F
1
disilangkan, perbandingan fenotipe yang tidak biasa dihasilkan.
Perhatikan diagram berikut.
PL
Pl
pL
pl
PL
Pl
pL
pl
PPLL
PPLl
PpLL
PpLl
PPLl
PPll
PpLl
Ppll
PpLl
Ppll
ppLl
ppll
PpLL
PpLl
ppLL
ppLl
PL
pl
PL
pl
PPLL
PpLl
PpLl
ppll
Hasil
Dominansi ormal
Pautan
Fenotipe
Bunga
P
olen
9
3
3
1
ungu
ungu
merah
merah
lonjong
bulat
lonjong
bulat
Hasil
Fenotipe
Bunga
P
olen
ungu
merah
lonjong
bulat
3
1
Generasi F
2
yang Dihasilkan
Berdasarkan persilangan tersebut, terlihat bahwa terdapat pautan
antara gen P dengan L dan p dengan l. Oleh karena itu, meskipun
genotipe F
1
adalah PpLl, gamet yang dihasilkan tetap bergenotipe PL
dan pl. Hal ini menghasilkan generasi F
2
dengan perbandingan 3:1 (bunga
ungu, polen lonjong : bunga merah, polen bulat).
b.
Pindah Silang
Sebenarnya, sebelum didapat kesimpulan bahwa peristiwa persilangan
tanaman ercis oleh illiam Bateson dan R.C. Punnet adalah peristiwa
pautan, mereka dikejutkan oleh hasil perbandingan dari data asli yang
Perbandingan yang dihasilkan
3 : 1
Reproduksi Sel dan Pewarisan Sifat
99
Gambar 4.26
Peristiwa pindah silang
AB
b
a
A
ba
B
b
A
a
B
Ba
A
b
A
a
b
B
Ab
Ba
Sumber:
Biology: Discovering Life
, 1991
Tabel. 4.3
Perbandingan Hasil Persilangan Dihibrid Normal, Hasil Asli Persilangan,
dan Hasil Pautan
didapat. Dari data tersebut, terdapat sejumlah kecil hasil dengan fenotipe
ungu bulat dan merah lonjong yang seharusnya tidak ada jika terjadi
pautan saja pada gen-gennya.
Melalui pengamatan lebih lanjut, para ahli genetika mengetahui
bahwa hasil tersebut dapat terjadi melalui mekanisme
pindah silang
(
crossing over
) yang terjadi selama meiosis. Selama meiosis, kromosom
homolog saling berpasangan membentuk tetrad. Pada keadaan ini, terjadi
pertukaran materi genetik antara kromosom dan pasangan homolognya.
Menyebabkan gen-gen dapat berpindah dari satu kromosom ke kromosom
homolognya.
Perpindahan ini dapat terjadi sepanjang pasangan kromosom. Proses
ini disebut juga pindah silang (
crossing over
). Pada proses meiosis, pindah
silang terjadi pada kiasma. Oleh karena materi serta susunan gen berubah
akibat pindah silang, proses ini disebut juga
rekombinasi gen
.
Fenotipe
ungu
ungu
merah
merah
Bunga
Polen
ormal
Data Asli
Pautan
lonjong
bulat
lonjong
bulat
56% (9)
19% (3)
19% (3)
6% (1)
74%
6%
6%
14%
75%
–
–
25%
Jika dua gen berpautan, kedua gen ini akan bersama-sama diwariskan
dalam satu gamet. Akan tetapi, jika terjadi pindah silang dalam proses
meiosis, kedua gen tersebut dapat berpisah dan membentuk rekombinasi
baru dalam gametnya. Hal inilah yang menyebabkan adanya hasil pada
sifat bunga ungu-polen bulat dan bunga merah-polen lonjong, meskipun
nilai tersebut kecil.
Saat profase, kromosom
homolog berpasangan
membentuk tetrad
Pada pindah silang,
materi kromosom
bertukaran
Gen hasil rekombinasi
berpisah ketika
kromosom tertarik ke
kutub yang berlawanan
Mudah dan Aktif Belajar Biologi untuk Kelas XII
100
Gambar 4.27
Sel jantan dan betina pada lalat
buah
5.
Determinasi dan Pautan Seks
Prinsip pewarisan sifat yang diajukan Mendel berlaku bagi banyak
ciri dan sifat yang diturunkan. Akan tetapi, pola pewarisan sifat yang
ada di alam lebih beraneka ragam. Di antaranya penentuan (determinasi)
jenis kelamin dan gen pautan seks.
a.
Determinasi Seks
Deteminasi seks, seperti halnya penentuan ciri khas lain dari makhluk
hidup, diturunkan dari induk kepada turunannya. Mekanisme penentuan
jenis kelamin ini melalui mekanisme yang sama dengan penentuan ciri lain.
Seperti yang telah Anda ketahui dari bab sebelumnya, penentuan
jenis kelamin satu individu bergantung pada kromosom seks. Penentuan
ini dilakukan semenjak pembentukan gamet dan proses fertilisasi.
Berdasarkan tipe kromosom dan makhluk hidup yang memilikinya,
determinasi seks dapat dibedakan atas tipe XY, Z , XO, dan ZO.
1) Tipe
Determinasi seks berdasarkan kromosom tipe XY ini berlaku pada
manusia, sebagian hewan, dan tumbuhan. Pada betina, memiliki jenis
kromosom seks XX, sedangkan jantan memiliki jenis kromosom seks XY.
Bagaimanakah kromosom ini diwariskan?
Jika diperhatikan, kromosom dalam sel tubuh, misalnya pada lalat
Drosophila
, berada dalam keadaan berpasangan dengan kromosom
homolognya. Pada lalat
Drosophila
betina, Anda dapat dengan mudah
mengelompokkan 8 buah kromosom dalam empat pasangan. Akan tetapi,
pada lalat jantan, hal tersebut berbeda. Anda dapat mengelompokkan
enam buah kromosom dalam tiga pasang kromosom sama, tetapi masih
terdapat dua kromosom yang tidak mirip. Kedua kromosom ini, yaitu
kromosom X dan Y.
Sumber:
Biology: Discovering Life
, 1991
Betina
Jantan
XX
X
Kromosom X dan Y diberikan dari satu sel ke sel keturunannya seperti
kromosom lain, kecuali saat proses meiosis. Sel tubuh betina memiliki
sepasang kromosom X sehingga saat meiosis dan pembentukan gamet, semua
sel gamet betina memiliki kromosom X. Adapun sel tubuh jantan memiliki
kromosom X dan Y sehingga saat meiosis dan pembentukan gamet, terdapat
gamet dengan kromosom X dan gamet dengan kromosom Y.
Mutasi dapat menyebabkan
perubahan jumlah kromosom pada
manusia. Selah satunya perubahan
kromosom seks. Jika pada manusia
normal, kromosom wanita XX, mutasi
daoat menyebabkan individu memiliki
kromosom XXX, XXY, atau hanya X saja.
Fakta
Biologi
Y
Reproduksi Sel dan Pewarisan Sifat
101
Melalui fertilisasi, gamet jantan melebur dengan gamet betina
menghasilkan individu XX (betina) dan XY (jantan) dengan perbandingan
fenotipe 1:1. Oleh karena itu, kemungkinan didapat individu jantan
adalah 50% dan betina 50%.
Jantan
XY
Betina
XX
Meiosis
Meiosis
1
2
sperma
X
1
2
sperma
Y
Semua telur
X
1 : 1 Jantan : Betina
X
Y
XX
XX
XX
XY
XY
Sumber:
Biology: Discovering Life
, 1991
Gambar 4.28
Diagram Punnet yang
memperlihatkan penentuan jenis
kelamin berdasarkan kromosom X
dan Y
Mekanisme kromosom X dan Y juga terjadi pada manusia dan
menghasilkan jenis kelamin laki-laki dan perempuan dengan kemungkinan
yang sama. Apa yang terjadi pada gen-gen yang terdapat di kromosom X
atau Y? Jawaban ini kali pertama ditemukan oleh
Thomas Hunt Morgan
,
bahwa pewarisan sifat dapat berpautan dengan jenis kelamin. Penjelasan
lebih lanjut dapat Anda temukan pada bahasan pautan seks.
2) Tipe Z
Penentuan jenis kelamin berdasarkan tipe ini berlaku pada beberapa
unggas, kupu-kupu, reptil, dan beberapa jenis ikan. Penentuan jenis kelamin
tipe ini kebalikan dengan tipe XY. Jika manusia laki-laki XY dan perempuan
XX, pada tipe ini terjadi kebalikannya. Untuk menghindari kekeliruan,
maka dipakai lambang ZZ untuk jantan dan Z untuk betina.
3) Tipe
Pada tipe ini, kromosom seks atau gonosom yang dimiliki jantan hanya
X saja (XO), sedangkan betina XX. Penentuan jenis kelamin tipe ini berlaku
pada beberapa jenis serangga, seperti kutu, belalang, serta anggota
Orthoptera dan Heteroptera lain.
Mudah dan Aktif Belajar Biologi untuk Kelas XII
102
44A+XX
44A+XY
22A+X
22A+Y
22A+X
44A+XX
44A+XO
76A+ZZ
76A+ZW
38A+Z
38A+Z
38A+W
76A+ZW
76A+ZZ
22A+XO
22A+XX
11A+X
11A+O
11A+X
22A+XO
22A+XX
Gambar 4.29
Beberapa tipe penentuan jenis
kelamin pada (a) manusia, (b) ayam,
dan (c) belalang
(a)
(b)
(c)
4) Tipe Ploidi
Penentuan jenis kelamin tipe ini tidak ditentukan oleh kromosom
kelamin, tetapi ditentukan oleh jumlah set kromosom yang dimiliki. Pada
lebah, betina memiliki jumlah kromosom diploid (2n) hasil fertilisasi.
Adapun lebah jantan merupakan individu haploid (n) yang dapat tumbuh
dan berkembang menjadi individu utuh meskipun tidak dibuahi. Proses
ini disebut juga partenogenesis.
b.
Pautan Seks
Thomas Hunt Morgan merupakan orang pertama yang membuktikan
adanya gen pautan seks. Fenomena ini dapat diamati pada persilangan
lalat buah (
Drosophila
) jantan mata putih dengan betina mata normal
atau merah.
Dari hasil persilangan didapatkan semua lalat generasi F
1
baik jantan
maupun betina, 100% bermata merah. Persilangan antara sesama F
1
menghasilkan generasi F
2
sebagai berikut.
Pada generasi F
2
, diketahui bahwa tidak ada satupun lalat betina
dengan mata putih. Sifat mata putih hanya ditemukan pada lalat jantan.
Dari hasil tersebut, Morgan menduga bahwa gen untuk mata putih
terletak pada kromosom X. Jika digunakan simbol
untuk alel mata
merah dan w untuk mata putih, jantan mata putih pada P memiliki
kromosom X
w
Y. Adapun betina mata merah adalah X
w
X
w
.
Mata Merah
Mata Putih
Jantan
Betina
25 %
50 %
25 %
0
enis Kelamin
Reproduksi Sel dan Pewarisan Sifat
103
P
F
1
F
2
WW
W
Ww W
WW
W W
ww
Percobaan Morgan menjelaskan bahwa terdapat sifat yang diturunkan
dan terpaut jenis kelamin. Pola ini berlaku juga pada gen-gen yang terletak
pada kromosom X. Ketika gen resesif terdapat pada salah satu kromosom X di
individu betina, sifat tersebut dapat terekspresikan atau tidak. Hal ini
bergantung ada atau tidaknya gen dominan pada kromosom lain. Akan tetapi,
pada individu jantan, semua gen pada kromosom X akan terekspresikan. Hal
ini disebabkan tidak te
rdapat kromosom X lain
sebagai
alel gen tersebut.
Gambar 4.30
Persilangan antara jantan mata
putih dan betina mata merah
dengan gen yang terpaut seks
Gambar 4.31
Kemungkinan letak gen W dan w
pada kromosom seks lalat buah
betina dan jantan
Sumber:
Biology: Discovering Life
, 1991
Sumber:
Biology: Discovering Life
, 1991
Betina
Jantan
W
w
XX
XX
ww
X
Y
X
Y
Ww
Mata merah
Mata putih
Mata
merah
Mata
merah
Mata
merah
Mata putih
Drosophila
mata putih
Drosophila
mata merah
Betina memiliki kromosom XX
maka harus memiliki dua gen
mata putih (ww) agar fenotipenya
mata putih
Jantan hanya memiliki satu
kromosom X, sehingga fenotipe
mata putih muncul walaupun
hanya memiliki satu gen w.
Heterozigot: mata
merah
Homozigot resesif: mata
putih
Mudah dan Aktif Belajar Biologi untuk Kelas XII
104
6.
Gen Letal
Gen letal adalah gen yang dalam keadaan homozigot, menyebabkan
kematian pada individu tersebut. Gen letal dapat menyebabkan kematian
pada saat individu masih embrio atau setelah lahir. Ada pula gen yang
menyebabkan kematian saat individu menjelang dewasa. Gen ini disebut
juga
gen subletal
. Berdasarkan sifat dan pengaruhnya, gen letal dapat
dibedakan atas
gen letal dominan
dan
gen letal resesif
.
a.
Gen Letal Dominan
Gen letal dominan menyebabkan kematian pada keadaan homozigot
dominan. Pada keadaan heterozigot, umumnya penderita hanya
mengalami kelainan.
Contoh kelainan ini terdapat pada ayam redep. Ayam redep memiliki
kaki dan sayap pendek. Dalam keadaan gen homozigot dominan, ayam
mati. Jika heterozigot, ayam hidup, tetapi memiliki kelainan kaki dan
sayap pendek. Perhatikan persilangan berikut.
Dari persilangan tersebut hanya dihasilkan ayam redep dan normal
dengan perbandingan 2 : 1. Hal ini karena individu dengan genotipe
homozigot (RR) selalu mati. Perbandingan ini berbeda dengan
perbandingan fenotipe berdasarkan Hukum I Mendel yang menghasilkan
perbandingan 3 : 1.
b.
Gen Letal Resesif
Pada gen letal resesif, individu akan mati jika memiliki gen letal
homozigot resesif. Pada keadaan heterozigot, individu normal, tetapi
membawa gen letal.
Contoh gen ini terdapat pada tanaman jagung. Gen ini memengaruhi
pembentukan klorofil. Oleh karena itu, jika individu memiliki gen homozigot
resesif, tanaman menjadi albino dan mati. Perhatikan diagram berikut.
P
genotipe
:
Aa
Aa
fenotipe
:
hijau muda
hijau muda
gamet
:
A,a
A,a
Diagram persilangan pada jagung dengan gen letal resesif
P
genotipe
:
Rr
Rr
fenotipe
:
redep
redep
gamet
:
R, r
R, r
F
1
RR
1 letal (25%)
Rr
2 ayam redep (50%)
rr
1 normal (25%)
Diagram persilangan pada ayam redep
R
r
R
RR
Rr
r
Rr
rr
A
a
A
AA
Aa
a
Aa
aa
Reproduksi Sel dan Pewarisan Sifat
105
Dd
Dd
D
?
D
?
D
?
dd
D d
Dd
Dd
dd
Dd
Dd
Dd
dd
perempuan laki-laki
tuli (dd)
mendengar
(Dd,DD)
Sumber:
Biology: Concepts & Connections
, 2006
E. Pewarisan Sifat pada Manusia
Anda telah mempelajari pola-pola pewarisan sifat dengan contoh-
contohnya pada hewan dan tumbuhan. Bagaimanakah pola pewarisan pada
manusia? Untuk dapat mengaplikasikan pola-pola pewarisan sifat yang
dikemukakan Mendel pada manusia, sebelumnya harus diketahui ciri atau
sifat yang diwariskan dan dipengaruhi oleh satu gen.
Hal ini tidaklah mudah, karena terkadang sulit untuk mengetahui suatu
ciri sebagai ciri yang diwariskan atau sebagai pengaruh lingkungan. Hal lain
yang menyulitkan, yakni pada manusia tidak dapat dilakukan
test cross
seperti
halnya pada hewan dan tumbuhan. Manusia juga tidak menghasilkan
keturunan sebanyak tumbuhan atau hewan.
Oleh karena itu, biasanya
bergantung pada catatan keluarga mengenai kelahiran, perkawinan, dan
kematian
untuk mengungkapkan pewarisan sifat pada manusia.
Catatan tersebut dibuat dalam bentuk
pedigree
atau peta silsilah. Peta
silsilah ini dibuat dalam beberapa generasi sehingga dari peta silsilah tersebut
dapat diketahui riwayat kondisi kesehatan serta sifat-sifat yang diturunkan
pada keluarga tersebut. Berikut ini contoh peta silsilah tiga generasi.
F
1
AA
1 jagung hijau tua (25%)
Aa
2 jagung hijau muda (50%)
aa
1 albino letal (25%)
1.
Jelaskan hasil dari kedua percobaan Mendel.
2.
Tuliskan beberapa peristiwa pola pewarisan sifat yang
berbeda dengan pola pewarisan sifat yang
dikemukakan Mendel.
3.
Apa yang dimaksud dengan penyimpangan semu
hukum Mendel? Jelaskan penyebab penyimpangan
tersebut.
4.
Jelaskan hubungan kromosom, meiosis, dan pewarisan
sifat.
5.
Jika gen A mengontrol sifat bunga merah dan a bunga
hijau; gen B tumbuhan tinggi dan b pendek; gen C
daun besar dan c daun kecil; gen A berpautan dengan
gen C. Bagaimana fenotipe tanaman dari persilangan
antara genotipe AaBBCc dan AabbCc?
Kerjakanlah di dalam buku latihan.
Latihan Pemahaman
Subbab D
Gambar 4.32
Peta silsilah (
pedigree
) dibuat untuk
mengetahui pewarisan penyakit
pada anggota keluarganya.
Kata Kunci
•
Kariotipe
•
Peta silsilah
Sekilas
Biologi
Untuk menghindari pewarisan
sifat yang dapat menimbulkan
penyakit turunan, pasangan yang
akan menikah dapat mengikuti
penyuluhan genetika. Hal ini untuk
mengetahui dan menghindari
kemungkinan-kemungkinan
keturunannya menderita kelainan
genetis.
Mudah dan Aktif Belajar Biologi untuk Kelas XII
106
Selain melalui peta silsilah, cara lain untuk mengetahui apakah sifat
yang diwariskan pada manusia disebabkan secara genetis, yaitu meneliti
kromosom secara langsung. Proses ini dilakukan dengan pewarnaan
kromosom saat metafase (mitosis) memfoto, memotong-motong gambarnya,
dan mengatur berdasarkan ukuran dan bentuk. Cara ini membantu
mengungkap kelainan kromosom pada manusia, seperti sindrom Down.
Gambar 4.33
Kromosom manusia dengan sindrom
Down
123
45
6X X
789
11
10
12
14
13
15
16
17
18
19
20
21
22
Sumber:
Essentials of Biology
, 1990
Tugas Anda 4.1
Beberapa sifat gen pada manusia bekerja berdasarkan hukum dominan-resesif
sederhana seperti Mendel kemukakan. Sepasang alel akan mengatur satu ciri pada
manusia. Salah satunya adalah ciri kemampuan lidah menggulung membentuk
huruf U. Gen untuk kemampuan ini bersifat dominan terhadap gen yang tidak
mampu melakukan hal tersebut.
Tugas Anda adalah membuat sebuah peta silsilah dua generasi atau lebih
mengenai kemampuan lidah mengulung dalam keluarga Anda. Tentunya Anda
terlebih dahulu harus mengetahui apakah lidah Anda dapat menggulung atau
tidak. Gunakan simbol yang sesuai dengan pembuatan peta silsilah. Kemudian
tentukanlah gen-gen yang dimiliki anggota keluarga Anda tersebut. Buatlah dalam
kertas berukuran A3 dan berikan hasilnya kepada guru Anda untuk didiskusikan.
1.
Abnormalitas dan Penyakit Turunan
Sifat abnormal adalah sifat yang tidak umum dalam populasi. Anda
dapat mengetahui sifat abnormal sebagai ciri yang sangat berbeda. Sifat
abnormal secara genetis terkadang menjadi masalah.
Penyakit genetis
atau turunan merupakan kelainan yang disebabkan oleh gen atau
kelompok gen. Penyakit ini dapat diturunkan, bersifat tetap dan tidak
menular. Penyakit turunan umumnya bersifat resesif dan individu dengan
sifat heterozigot (
carrier
) sering tidak menyadari bahwa mereka pembawa
sifat abnormal. Akhirnya, mereka menghasilkan keturunan yang
menderita kelainan.
a.
Pewarisan Penyakit Hormon Melalui Autosom
Penyakit turunan dapat diwariskan melalui autosom atau kromosom
sel tubuh. Penyakit ini di antaranya
gangguan mental
,
albinisme
,
brakidaktili
, dan
polidaktili
.
Kata Kunci
•
Albinisme
•
Brakidaktili
•
Gangguan Mental
•
Penyakit turunan
•
Polidaktili
Reproduksi Sel dan Pewarisan Sifat
107
1) Gangguan Mental
Beberapa gangguan mental yang sudah diketahui pada manusia di
antaranya imbisil, debil, dan idiot. Penyebab gangguan mental ini
bermacam-macam, di antaranya metabolisme abnormal fenilalanin yang
menyebabkan penyakit yang disebut fenilketonuria (FKU).
Penyakit FKU disebabkan oleh kegagalan tubuh penderita menyintesis
enzim yang mengubah fenilalanin menjadi tirosin. Konsentrasi fenilalanin
tinggi dalam darah penderita menyebabkan kerusakan pada otak sehingga
berakibat terjadinya kelainan mental. Sifat ini dikendalikan oleh gen
resesif. Perhatikan diagram persilangan berikut.
P
genotipe
:
Aa
Aa
fenotipe
:
normal
carries
normal
carrier
gamet
:
A,a
A,a
F
1
AA
1 normal (25%)
Aa
2 normal
carrier
( 50%)
Aa
1 gangguan mental (25%)
Perkawinan antara sesama carrier FKU
A
a
A
AA
Aa
a
Aa
aa
2) Albinisme
Albinisme adalah kelainan yang disebabkan ketidakmampuan tubuh
membentuk pigmen melanin. Keadaan ini menyebabkan penderita albino
tidak memiliki pigmen kulit, iris, dan rambut. Kulit dan mata penderita
albino sangat sensitif terhadap cahaya dan mereka harus menghindar
dari cahaya matahari yang terlalu terang.
Albinisme ini disebabkan oleh alel resesif yang ditemukan pada
autosom. Seorang anak albino dapat lahir dari pasangan orang tua yang
keduanya normal heterozigot atau dari pasangan normal dan albino.
P
1
genotipe :
Aa
aa
fenotipe :
normal
carrier
albino
gamet
:
A,a
a
F
1
Aa 1 normal
carrier
(50%)
Aa 1 albino (50%)
P
2
genotipe :
Aa
Aa
fenotipe :
normal
carrier
normal
carrier
gamet
:
A,a
A,a
F
1
AA
1 normal (25%)
Aa
2 normal
carrier
(50%)
Aa
1 albino (25%)
Perkawinan antara albino dan normal
ca ie
A
a
A
AA
Aa
a
Aa
aa
Gambar 4.34
Penderita albino
Sumber:
www.humanillnesses.com
Mudah dan Aktif Belajar Biologi untuk Kelas XII
108
3) Brakidaktili
Brakidaktili merupakan kelainan pada ruas-ruas jari yang memendek
pada manusia. Kelainan ini disebabkan oleh gen dominan (B) yang bersifat
letal. Jika gen dalam keadaan homozigot dominan (BB) akan bersifat
letal. Dalam keadaan heterozigot (Bb), individu menderita kelainan
brakidaktili. Adapun keadaan gen homozigot resesif (bb) individu normal.
P
genotipe :
Bb
Bb
fenotipe :
brakidaktili
brakidaktili
gamet
:
B,b
B,b
F
1
BB 1 letal (25%)
Bb 2 brakidaktili (50%)
Bb 1 normal (25%)
Diagram perkawinan sesama penderita brakidaktili
B
b
B
BB
Bb
b
Bb
bb
4) Polidaktili
Polidaktili adalah kelainan pada manusia berupa bertambahnya jari
tangan atau kaki dari jumlah normal. Kelainan ini disebabkan oleh gen
dominan homozigot pada autosom. Jika gen dominan polidaktili
dilambangkan P maka individu dengan gen homozigot dominan (PP)
dan heterozigot (Pp) akan menderita polidaktili. Adapun individu dengan
gen homozigot resesif (pp) bersifat normal.
P
genotipe :
PP
pp
fenotipe :
polidaktili
normal
gamet
P
p
F
1
genotipe :
Pp
fenotipe :
polidaktili (100%)
Diagram perkawinan antara penderita polidaktili dan individu normal
Gen polidaktili memiliki pengaruh yang bervariasi terhadap fenotipe.
Terkadang menghasilkan jari tambahan di tangan, kaki, atau keduanya.
Polidaktili juga memperlihatkan sifat
penetrasi parsial
, terkadang gen
tersebut tidak memengaruhi apa-apa dan individu dengan gen tersebut
tetap memiliki jumlah jari kaki dan tangan yang normal.
b.
Pewarisan Penyakit Turunan pada Gonosom
Selain melalui autosom, terdapat beberapa penyakit turunan yang
diwariskan melalui gonosom (kromosom seks) sehingga penyakit tersebut
terpaut seks. Beberapa penyakit tersebut, antara lain buta warna dan hemofilia.
1) Buta arna
Buta warna merupakan penyakit turunan yang menyebabkan
penderita tidak dapat membedakan warna-warna tertentu. Terdapat dua
jenis buta warna, yakni buta
warna parsial
dan
buta warna total
. Pada
buta warna parsial, penderita tidak dapat membedakan beberapa warna
saja. Contohnya merah-hijau dan biru-hijau. Adapun buta warna total,
ia tidak bisa membedakan semua jenis warna.
Sumber:
Biology: Discovering
Life
, 1991
Gambar 4.35
Polidaktili merupakan pewarisan
sifat berupa kelebihan jumlah jari
tangan atau kaki.
Reproduksi Sel dan Pewarisan Sifat
109
Buta warna disebabkan oleh gen resesif buta warna (cb) yang terpaut
pada kromosom X. Oleh karena itu, terdapat beberapa kombinasi genotipe
yang dapat terjadi. Perhatikan tabel berikut.
Laki laki
Tabel. 4.4
Kemungkinan Genotipe dan Fenotipe Buta arna
P
erempuan
XY
–
X
cb
Y
Normal
buta warna
XX
XX
cb
X
cb
X
cb
normal
normal
carrier
buta warna
Berdasarkan tabel tersebut, dapat diketahui bahwa pada laki-laki hanya
terdapat dua kemungkinan, normal dan buta warna. Adapun pada wanita
terdapat tiga kemungkinan, normal, normal carrier, atau buta warna.
Jika laki-laki buta warna menikahi wanita normal, semua anaknya
normal heterozigot. Akan tetapi, jika wanita buta warna menikahi laki-
laki normal, semua anak laki-lakinya buta warna. Perhatikan diagram
berikut.
1. Laki laki buta warna dengan perempuan normal
P
genotipe :
X
cb
Y
XX
fenotipe :
buta warna
normal
gamet
:
X
cb
, Y
X
F
1
X
cb
X
1 perempuan normal pembawa (
carrier
) 50%
X Y
1 laki-laki normal, 50%
2. Laki laki normal dengan perempuan buta warna
P
genotipe :
XY
X
cb
X
cb
fenotipe :
normal
buta warna
gamet
:
X,Y X
cb
F
1
X
cb
X
1 perempuan normal
carrier
, 50%
X
cb
Y
1 laki-laki buta warna, 50%
Diagram perkawinan buta warna
cb
X
cb
X
XY
cb
X
cb
X
X
cb
Y
Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa kromosom X dari ibu sangat
berpengaruh terhadap penentuan sifat buta warna anak laki-laki. Pada
wanita pembawa sifat buta warna (
carrier
), sebenarnya sel-sel kerucut
mata ada yang mengalami kelainan. Akan tetapi, walaupun jumlah sel-
sel kerucut matanya tereduksi, jumlah sel-sel kerucut normal masih
banyak dan cukup untuk menghasilkan penglihatan mata yang normal
(Hopson essels, 1990: 261). Bagaimana keturunan pasangan laki-
laki normal dan wanita
carrier
?
Sekilas
Biologi
Pemeriksaan buta warna
penting bagi orang yang kelak akan
diberi pekerjaan yang erat
hubungannya dengan pengenalan
benda-benda berwarna. Buta warna
diuji dengan kartu gambar yang
terbentuk dari titik-titik warna yang
membentuk angka. Jika orang
tersebut tidak dapat melihat
gambar atau angka di dalam titik-
titik itu, bisa jadi ia buta warna.
Penting Anda ketahui, orang
buta warna sama-sama bisa
menikmati film kartun, bermain
dengan
crayon
, dan menikmati
indahnya bunga-bunga di taman.
Sumber:
www.republika.co.id
, 15 Juni 2004
Mudah dan Aktif Belajar Biologi untuk Kelas XII
110
Ratu Victoria
Albert
Pria normal
Wanita normal
Pria hemofilia
Wanita
carrier
Victoria
Frederick
III
(Jerman)
Wilhelm
II
(Jerman)
Henry
Alice
Louis IV
(Hesse)
Princess
of
Waldeck
Leopold
Beatrice
Prince of
Battenberg
lainnya
Irene
Fr
ederick
(meninggal
usia 3
tahun)
Alexandra
Nicholas II
(Rusia)
Alice
Earl of
Atlone
Victoria
Alfonso
XIII
(Spanyol)
Leopold
(meninggal
usia 33
tahun)
Maurice
(meninggal
usia 23
tahun)
Waldemar
(meninggal
usia 56
tahun)
Henry
(meninggal
usia 4
tahun)
Alexis
(dibunuh)
Rupert
(meninggal
usia 21
tahun)
Alfonso
(meninggal
usia 31
tahun)
Fonzalo
(meninggal
usia 20
tahun)
Sumber:
Biology: Discovering Life
, 1991
Gambar 4.36
Peta silsilah (
pedigree
) yang
mengungkap pewarisan kelainan
hemofilia pada keluarga kerajaan
Inggris.
P
genotipe :
X
h
XX
Y
kenotipe :
carrier
normal
gamet
:
X
h
, X
X, Y
Diagram perkawinan wanita pembawa dan pria normal
h
X
h
X
XX
X
h
Y
XY
2) Hemofilia
Kelainan lain yang diwariskan melalui gonosom, di antaranya
hemofilia. Kelainan ini menyebabkan tubuh tidak dapat membuat protein
yang diperlukan dalam pembekuan darah. Penderita hemofilia dapat
kehabisan darah dan meninggal dunia hanya karena luka kecil.
Selama beberapa generasi, kasus hemofilia terjadi pada keluarga
kerajaan Inggris. Setelah para ilmuwan meneliti peta silsilah keluarga
kerajaan, diketahui bahwa gen hemofilia diturunkan oleh Ratu Victoria
yang memiliki genotipe heterozigot (
carrier
) hemofilia.
Hemofilia dikendalikan oleh gen resesif yang terpaut kromosom X,
seperti halnya buta warna. Pada perempuan dengan gen resesif homozigot,
gen ini bersifat letal. Mungkin, calon bayi tersebut akan mati dalam
kandungan sehingga tidak akan ditemukan wanita hemofilia. Laki-laki
penderita hemofilia umumnya tidak hidup hingga dewasa karena sulitnya
penanganan hemofilia.
Reproduksi Sel dan Pewarisan Sifat
111
F
1
X
h
X
1 wanita carrier (25%)
X
h
Y
1 pria hemofilia (25%)
XX
1 wanita normal (25%)
XY
1 pria normal (25%)
2.
Golongan Darah
Pernahkah Anda memeriksakan golongan darah Anda? Apakah
hasilnya? A, B, AB, atau O? Golongan darah merupakan salah satu ciri
yang diwariskan pada manusia. Penentuan golongan darah ini berdasarkan
ada atau tidaknya reaksi penggumpalan antardarah. Berdasarkan hal
tersebut, terdapat beberapa macam penggolongan darah, di antaranya
sistem AB
,
sistem M
, dan
sistem R
.
a.
Sistem ABO
Penggolongan darah sistem ABO ditemukan oleh
K. Landsteiner
sekitar 1900. Ia menemukan bahwa terkadang jika darah seseorang
dicampurkan dengan yang lain, terjadi reaksi penggumpalan (
aglutinasi
).
Akan tetapi, pada orang lain hal tersebut terkadang tidak terjadi.
Berdasarkan hal inilah terbentuk empat jenis golongan darah, A, B, AB,
atau O (nol).
Proses penggumpalan antargolongan darah dipengaruhi oleh
kandungan
aglutinogen
atau antigen (
antibody generator
) serta
aglutinin
(
antibody
) pada darah-darah tersebut. Jika antigen bertemu dengan
antibodi lawannya, darah akan menggumpal. Perhatikan tabel berikut.
Tabel 4.5
Fenotipe dan Genotipe Golongan Darah Sistem A B O
o.
1.
Golongan darah A
I
A
I
A
; I
A
I
O
A
anti – B
2.
Golongan darah B
I
B
I
B
; I
B
I
O
B
anti – A
3.
Golongan darah AB
I
A
I
B
A, B
tidak ada
4.
Golongan darah O
I
O
I
O
tidak ada
anti – A, anti – B
Fenotipe
Genotipe
Antigen
pada Eritrosit
Antibodi
pada Plasma Darah
Sumber:
Biology: Concepts & Connections
, 2006
Berdasarkan tabel tersebut, seseorang dengan golongan darah A
tidak dapat menerima darah golongan B. Begitu juga sebaliknya. Pada
individu dengan golongan AB, secara teori dapat menerima semua
golongan darah karena tidak memiliki antibodi. Bagaimana jika seseorang
memiliki golongan darah O?
Golongan darah dikendalikan oleh gen I (
iso aglutinogen
) yang
memiliki tiga macam alel, I
A
, I,
B
, dan I
O
. Alel I
A
mengendalikan
pembentukan antigen A dan alel I
B
mengendalikan pembentukan antigen
B. Adapun alel I
O
tidak membentuk antigen. Alel I
O
bersifat resesif
terhadap alel I
A
dan I
B
. Alel I
A
dan I
B
bersifat
kodominan
, dua gen tersebut
terekspresikan dan tidak ada yang dominan. Perhatikan kembali tabel di
atas untuk memahami sifat-sifat alel tersebut.
Bagaimanakah golongan darah ABO dapat diwariskan kepada
keturunannya? Perhatikan contoh-contoh berikut.
Kata Kunci
•
Aglutinasi
•
Aglutinogen
•
Aglutinin
•
Antibodi
•
Antigen
•
Kodominan
Mudah dan Aktif Belajar Biologi untuk Kelas XII
112
b.
Sistem MN
Pada 1927,
K. Landsteiner
dan
P. Levine
menemukan antigen baru
yang disebut antigen-M dan antigen-N. Sel darah merah manusia dapat
mengandung salah satu atau kedua antigen tersebut sehingga terdapat
golongan darah M, MN, dan N.
Pada darah manusia, tidak terdapat aglutinin (zat penggumpal) untuk
antigen-antigen ini sehingga transfusi darah tidak dipengaruhi sistem
golongan darah ini (Suryo, 2001: 262). Namun, jika antigen tersebut
disuntikkan ke dalam tubuh kelinci akan terbentuk anti-M atau anti-N
dalam darah kelinci yang dapat menggumpalkan darah tersebut.
Kemudian, zat anti-M dan anti-N yang dihasilkan darah kelinci,
digunakan untuk menentukan golongan darah MN pada manusia dengan
melihat reaksi penggumpalan eritrosit. Hal inilah yang menentukan
penggolongan darah sistem MN pada manusia. Perhatikan tabel berikut.
1. Perkawinan golongan darah A homozigot dan B homozigot
P
genotipe :
I
A
I
A
I
B
I
B
fenotipe :
golongan A
golongan B
gamet
:
I
A
I
B
F
1
genotipe :
I
A
I
B
fenotipe :
golongan AB (100%)
2. Perkawinan golongan darah A heterozigot dan B heterozigot
P
genotipe :
I
A
I
O
I
B
I
O
fenotipe :
golongan A
golongan B
gamet
:
I
A
, I
O
I
B
, I
O
F
1
I
A
I
B
1 golongan AB (25%)
I
A
I
O
1 golongan A (25%)
I
B
I
O
1 golongan B (25%)
I
O
I
O
1 golongan O (25%)
3. Perkawinan golongan darah dan A heterozigot
P
genotipe :
I
O
I
O
I
A
I
O
fenotipe :
golongan O
golongan A
gamet
:
I
O
I
A
, I
O
F
1
I
A
I
O
1 golongan A (50%)
I
O
I
O
1 golongan O (50%)
Diagram pewarisan golongan darah AB
I
A
I
I
B
I
A
I
B
I
B
I
O
I
I
A
I
O
I
O
I
O
I
I
A
I
A
I
O
I
I
O
I
O
Sekilas
Biologi
Karl Landsteiner adalah seorang
ahli imunologi asal Austria. Ia dan
kawan-kawannya menemukan
golongan darah sistem ABO manusia
pada awal 1900-an, kemudian sistem
MN pada 1927. Pada 1940, sistem
rhesus ditemukan untuk keamanan
maksimum transfusi darah.
Landsteiner menerima Nobel untuk
fisiologi atau kedokteran pada 1930.
Sumber:
Jendela IPTEK Tubuh Manusia, 1996.
Karl Landsteiner
(1868–1 43)
Reproduksi Sel dan Pewarisan Sifat
113
Keterangan
+ terjadi penggumpalan eritrosit
– tidak terjadi penggumpalan eritrosit
Pembentukan antigen M dan N ditentukan oleh alel I
M
dan I
N
. Alel
ini bersifat kodominan sehingga alel I
M
tidak dominan terhadap I
N
dan
sebaliknya. Bagaimana cara golongan darah MN diturunkan? Perhatikan
contoh berikut.
Golongan Darah
Eritrosit
M
N
MN
Reaksi dengan Antiserum
Tabel. 4.6
Reaksi Penggumpalan Eritrosit oleh Antiserum Kelinci
Genotipe
Anti M
Anti
+
–
+
–
+
+
I
M
I
M
I
N
I
N
I
M
I
N
P
genotipe :
I
N
I
N
I
M
I
N
fenotipe :
golongan MN
golongan N
gamet
:
I
N
I
M
, I
N
F
1
I
M
I
N
1 golongan MN (50%)
I
N
I
N
1 golongan N (50%)
Diagram perkawinan antara golongan darah dan M
I
I
M
I
M
I
N
I
I
N
I
N
c.
Sistem Rhesus
Penggolongan darah berdasarkan sistem Rh ditemukan oleh
K. Landsteiner
dan
A. S. einer
pada 1940. Rh merupakan
singkatan dari rhesus, diambil dari nama kera
acaca rhesus
. Pada
kera ini didapati antigen yang memicu penggumpalan darah kera
oleh antibodi darah kelinci dan marmot yang disuntikkan. Kelinci
dan marmot membentuk antiserum yang kemudian digunakan
untuk menguji darah manusia.
Berdasarkan pengujian, darah manusia dibedakan atas Rh
+
dan Rh.
Individu Rh
+
memiliki antigen rhesus. Adapun individu Rh
–
tidak
memiliki antigen rhesus. Pembentukan antigen Rh ini dikendalikan oleh
gen I
Rh
yang dominan terhadap I
rh
. Perhatikan tabel berikut.
Tabel 4.7
Fenotipe, Genotipe, dan Gamet pada Sistem Rhesus
o. Fenotipe
Genotipe
Macam Gamet
1.
Rhesus positif
I
RH
I
RH
; I
RH
I
rh
I
RH
dan I
rh
2.
Rhesus negatif
I
rh
I
rh
I
rh
Perkawinan antara pria dengan Rh
+
dan wanita dengan Rh
–
dapat
menyebabkan keturunannya menderita penyakit
eritroblastosis fetalis
. Jika
bayi yang dilahirkan memiliki Rh
–
, kemungkinan bayi tersebut terlahir
normal. Kelainan terjadi jika janin yang dikandung Rh
+
yang diwariskan
dari orangtua laki-laki.
Mudah dan Aktif Belajar Biologi untuk Kelas XII
114
Tugas Anda 4.2
Setelah mempelajari bab ini, Anda telah mengetahui beberapa kelainan dan
penyakit yang dapat diwariskan kepada keturunannya. Dengan mengetahui pola
pewarisan sifat, beberapa kelainan atau penyakit dapat diketahui sebelumnya.
Bahkan, beberapa dapat dicegah untuk tidak diwariskan kepada keturunannya.
Sekarang, tugas Anda, buatlah sebuah karya tulis bertemakan cara mencegah
atau menghindari penyakit yang diwariskan. Carilah sumber karya tulis dari buku,
koran, majalah, atau internet.
1.
Jelaskan kendala dalam pengamatan pewarisan sifat
pada manusia. Bagaimanakah ilmuwan mengatasi
kendala tersebut?
2.
Jika seorang pria albino menikahi wanita normal
bagaimanakah keturunannya?
3.
Bagiamana kemungkinan keturunan pasangan pria
normal dan wanita
carrier
buta warna?
4.
Jika seorang pria bergolongan darah A menikah dengan
wanita bergolongan darah O, bagaimanakah golongan
darah keturunannya?
Kerjakanlah di dalam buku latihan.
Latihan Pemahaman
Subbab E
Jika janin yang dikandung Rh
+
, sedangkan ibu Rh
–
, pada kehamilan
pertama bayi tersebut terlahir selamat. Hal ini disebabkan antibodi ibu
terhadap antigen Rh
–
belum banyak diproduksi. Akan tetapi, pada
kehamilan kedua, jika janin Rh
+
, janin tersebut akan diserang oleh
antibodi ibu (anti–Rh
+
). Akibatnya, jika janin Rh
+
, akan menderita
eritroblastosis fetalis
. Keadaan ini tidak terjadi jika pria Rh
–
dan wanita
Rh
+
atau keduanya memiliki golongan Rh yang sama.
Rangkuman
1. Sel menghasilkan sel baru melalui proses siklus sel.
Pada siklus sel terjadi tahap interfase dan tahap
pembelahan sel yang terjadi secara mitosis. Pembelahan
mitosis dapat dibedakan atas tahap profase, metafase,
anafase, dan telofase. Siklus sel dengan pembelahan
mitosis ini terjadi pada sel tubuh (autosom) dan
makhluk hidup uniseluler.
2. Pembelahan meiosis merupakan pembelahan reduksi
kromosom. Pembelahan ini terjadi melalui dua siklus
sel yang disebut meiosis I dan meiosis II, Tahap meiosis
I terjadi reduksi jumlah kromosom. Adapun meiosis II
terjadi pembelahan seperti layaknya mitosis, namun
dengan jumlah kromosom haploid. Pembelahan
meiosis I dan meiosis II terjadi melalui tahap-tahap
seperti mitosis. Pembelahan meiosis terjadi pada
pembentukan gamet jantan dan betina pada makhluk
hidup multiselular.
3. Gametogenesis adalah pembentukan gamet jantan dan
betina. Pada hewan, pembentukan gamet jantan atau
sperma disebut spermatogenesis. Adapun
pembentukan gamet betina atau ovum disebut juga
oogenesis. Pada tumbuhan, pembentukan gamet
jantan atau serbuk sari disebut mikrogametogenesis.
Adapun pembentukan gamet betina atau sel telur
disebut megagametogenesis.
4. Pola pewarisan sifat pertama kali diteliti secara ilmiah
oleh Gregor Johann Mendel pada tanaman ercis.
Penelitian tersebut menghasilkan Hukum I Mendel
dan Hukum II Mendel . Hukum I Mendel mengenai
persilangan monohibrid, adanya gen dominan dan
resesif, serta setiap pasangan gen terpisah selama
meiosis. Hukum II Mendel mengenai persilangan
dihibrid dengan ciri beda. Kedua gen untuk setiap ciri
akan mengelompok secara bebas.
5. Selain pola yang telah dijelaskan Mendel, para
ilmuwan juga menemukan bahwa terdapat pola lain
yang tidak sesuai hukum Mendel. Namun, setelah
diteliti lebih lanjut ternyata hanya berupa
penyimpangan semu saja. Contohnya, epistasis-
hipotasis, kriptomeri, polimeri, dan adanya gen
komplementer.
Reproduksi Sel dan Pewarisan Sifat
115
6. Penelitian lain ternyata mendapatkan pola yang benar-
benar berbeda dengan pola pewarisan sifat berdasarkan
Mendel. Beberapa sifat tersebut di antaranya adanya
pautan dan pindah silang, determinasi, dan pautan
seks, serta adanya gen letal.
7. Pewarisan sifat dan kelainan genetis pada manusia
dapat dipelajari melalui peta silsilah dan pengamatan
kariotipe. Pewarisan sifat pada, manusia antara lain
dalam hal abnormalitas dan penyakit tururnan, serta
golongan darah. Abnormalitas pada manusia dapat
berupa kelainan mental, albinisme, brakidaktili,
polidaktili, buta warna, dan hemofilia. Penurunan
golongan darah terjadi pada golongan darah sistem
ABO, MN, dan rhesus.
Peta Konsep
Reproduksi Sel
Meiosis
Gametogenesis
secara
pada
melalui
Siklus sel
Interfase
Mitosis
melalui
melalui
Profase
Metafase
Anafase
Telofase
Meiosis I
Meiosis II
menghasilkan
terjadi
Gamet jantan
Gamet betina
terjadi
Pola pewarisan
sifat
Individu baru
menghasilkan
Bagaimana pendapat Anda setelah mempelajari
Reproduksi Sel dan Pewarisan Sifat
Menarik, bukan?
Kini Anda telah memahami berbagai pola pewarisan sifat
pada makhluk hidup serta hubungannya dengan
pembelahan sel. Banyak manfaat yang Anda dapatkan
setelah mempelajari bab ini, misalnya Anda kini memahami
proses pewarisan sifat dari kedua orangtua kepada anaknya.
Tujuan Anda mempelajari bab ini adalah agar Anda
mampu menjelaskan pembelahan sel dengan pewarisan
sifat dan menerapkannya dalam mekanisme pewarisan
sifat. Apakah Anda dapat mencapai tujuan tersebut?
Refleksi
Apabila Anda mengalami kesulitan dalam mempelajari
materi tertentu dalam bab ini, diskusikanlah bersama teman-
teman Anda. Kemudian, bertanyalah kepada guru Anda
mengenai materi reproduksi sel dan pewarisan sifat yang
belum Anda pahami. Agar pemahaman Anda mengenai
materi ini lebih baik, pastikanlah Anda mengerjakan
aktivitas, tugas, latihan pemahaman subbab, dan evaluasi
kompetensi pada bab ini.
Penyimpangan semu
Hk. Mendel
Pautan dan
pindah silang
Determinasi
dan pautan seks
S
G
1
G
2
Hukum
Mendel
Sitokinesis
terjadi
terjadi
sesuai
Mudah dan Aktif Belajar Biologi untuk Kelas XII
116
Kerjakanlah di dalam buku latihan Anda.
A. Pilihan Ganda
1.
Jumlah kromosom sel somatik manusia adalah 46 buah,
sedangkan pada gamet berjumlah ....
a.
46 buah
b.
23 buah
c.
46 buah
d.
23 pasang
e.
92 buah
2.
Interfase pada pembelahan mitosis memerlukan waktu
yang paling lama jika dibandingkan dengan fase-fase
lainnya karena ....
a.
sel berisitirahat dan membentuk RNA
b.
sel terus menerus melakukan pembelahan organel
c.
sel istirahat dan membentuk ATP
d.
sel melakukan persiapan pembelahan
e.
sel terus menerus membentuk RNA
3.
Pada pembelahan mitosis saat profase benang kromatin
berubah menjadi ....
a.
sentriol
b.
kromosom
c.
aster
d.
benang spindel
e.
plasmid
4.
Mitosis terjadi pada tumbuhan tingkat tinggi, terutama di
bagian ....
a.
bunga, daun, dan batang
b.
bunga, benang sari, dan batang
c.
ujung batang, ujung akar, dan kambium
d.
ujung batang, daun, dan benang sair
e.
benang sari, ujung batang, dan kambium
5.
Berikut ini ciri-ciri interfase,
kecuali
....
a.
pertumbuhan sel
b.
metabolisme
c.
duplikasi organel
d.
replikasi DNA
e.
penggandaan kromosom
6.
Ciri-ciri tahap anafase pada pembelahan mitosis adalah ....
a.
pembentukan benang-benang spindel
b.
nukleus dan nukleolus mulai menghilang
c.
dupliasi DNA
d.
kromatid ditarik ke kutub berlawanan
e.
sel aktif melakukan metabolisme
7. Perhatikan gambar berikut.
Evaluasi Kompetensi
Bab 4
Gambar tersebut menunjukkan fase ....
a.
interfase
b.
metafase
c.
anafase
d.
profase
e.
telofase
8. Sitokinesis terjadi pada atau setelah fase ....
a.
interfase
b.
metafase
c.
anafase
d.
profase
e.
telofase
9. Jumlah kromosom yang terdapat pada sel yang baru hasil
meiosis adalah ....
a.
haploid
b.
diploid
c.
triploid
d.
tetraplod
e.
poliploid
10. Peristiwa pindah silang (
crossing over
) pada pembelahan
meiosis terjadi pada tahap ....
a.
profase I
b.
profase II
c.
metafase I
d.
anafase I
e.
telofase II
11. Pembelahan mitosis dan meiosis dapat dibedakan dari hasil
berikut,
kecuali
....
a.
duplikasi organel
b.
jumlah set kromosom
c.
jumlah pembelahan
d.
tempat pembelahan
e.
hasil pembelahan
Reproduksi Sel dan Pewarisan Sifat
117
12. Proses spermatogenesis dapat manusia terjadi di ....
a.
tubulus seminiferus
b.
duktus epididimis
c.
vas deferens
d.
vas eferens
e.
skrotum
13. Ovulasi pada seorang wanita merupakan ....
a.
pemasukan oogenesis oleh hormon estrogen dan
progesteron
b.
penebalan endometrium
c.
nidasi embrio pada rahim
d.
pengeluaran sel telur dari ovarium
e.
penghambatan kerja hormon
14. Perhatikan gambar berikut
18. Jika pohon tinggi dominan terhadap pohon pendek dan
bunga merah dominan terhadap bunga hijau. Persilangan
dihibrid antara individu heterozigot sempurna dan individu
homozigot resesif menghasilkan keturunan dengan
perbandingan fenotipe ....
a.
9 : 3 : 3 : 1
b.
2 : 2 : 1 : 2
c.
1 : 1 : 1 : 1
d.
9 : 7
e.
9 : 3 : 4
19. Dari hasil perkawinan dari kedua orang tua yang normal,
dihasilkan 2 anak perempuan normal, 1 anak laki-laki
normal, dan 1 anak laki-laki butawarna. Dapat dipastikan
genotipe parentalnya adalah ....
a.
ibu homozigot dominan
b.
ayah homozigot resesif
c.
ibu homozigot resesif
d.
ibu heterozigot
e.
ayah heterozigot
20. Gandum berkulit hitam (HHkk) diserbukkan dengan
gandum berkulit kuning(hhKK) yang menghasilkan
100% gandum berkulit hitam. F
1
di
backcross
dengan induk
gandum berkulit kuning. Gandum berkulit kuning hasil
backcross
adalah ....
a.
12,5%
b.
25%
c.
50%
d.
75%
e.
10%
B. Soal Uraian
1.
Jelaskan secara singkat tahap-tahap dalam mitosis.
2.
Jelaskan hubungan pembelahan meiosis dan pewarisan
sifat pada manusia.
3.
Dari persilangan kacang ercis tinggi dengan pendek
dihasilkan generasi F
1
100% tinggi. Bagaimana
perbandingan genotipe dan fenotipe pada F
2
yang
dihasilkan?
4.
Suatu perbandingan tumbuhan dihasilkan turunan
dengan perbandingan fenotipe sebagai berikut:
•
301 biji bulat panjang
•
98 biji bulat pendek
•
299 biji keriput panjang
•
102 biji keriput pendek
Carilah genotipe parentalnya.
5.
Seorang wanita normal yang ayahnya buta warna
menikah dengan laki-laki normal. Berapa persen
kemungkinan
a.
turunan yang buta warna;
b.
anak laki-lakinya buta warna;
c.
anak wanitanya buta warna;
1
2
3
4
5
Pembelahan meiosis pertama ditunjukkan pada
pembelahan dari ....
a.
1 ke 2
d.
3 ke 4
b.
1 ke 3
e.
4 ke 5
c.
2 ke 3
15. Gametogenesis berlangsung di bagian bunga betina,
yaitu ....
a.
bakal buah
d.
kandung lembaga
b.
antera
e.
putik
c.
mikropil
16. Pembelahan meiosis I yang terjadi di dalam kepala sari
menghasilkan ....
a.
satu sel haploid
b.
dua sel haploid
c.
tiga sel haploid
d.
empat sel haploid
e.
lima sel haploid
17. Rambut keriting dominan terhadap lurus. Jika hasil
persilangan dihasilkan perbandingan rambut keriting dan
lurus 1 : 1, maka genotipe parentalnya adalah ....
a.
Hh Hh
b.
Hh hh
c.
HH Hh
d.
hh hh
e.
HH hh
Mudah dan Aktif Belajar Biologi untuk Kelas XII
118
Sumber:
Biology: Concepts & Connections
, 2006
(b)
(c)
(a)
(d)
(e)
Gen
Kromosom
Heterozigot
Terletak pada
Bentuk alternatif lainnya
disebut
Jika keduanya sama,
genotipenya disebut
Lokasi spesifiknya
disebut
Jika keduanya berbeda,
genotipenya disebut
Alel yang muncul
disebut
Alel yang tidak muncul
disebut
2.
Pada lalat buah (
Drosophila
sp.), sayap lurus dominan
terhadap sayap keriting. Jelaskan persilangan yang dapat
Anda buat untuk mengetahui apakah seekor lalat sayap
lurus heterozigot atau homozigot.
C. Soal Tantangan
1.
Isikan bagan peta konsep berikut.